POSKOTA.CO.ID - Indeks Aktualisasi Pancasila (IAP) pada tahun 2025 ini naik dibandingkan tahun sebelumnya. Ini mencerminkan internalisasi nilai Pancasila semakin menguat, seperti disampaikan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, dalam refleksi akhir tahun, di Jakarta, Senin, 15 Desember 2025.
Disebutkan, IAP pada tahun 2022 memiliki nilai 72,93 poin, tahun 2025 naik menjadi 77,73 poin. Maknanya Pancasila semakin diterapkan dalam kehidupan sosial dan bernegara. Ada kemajuan yang terukur.
“Ini yang penting, falsafah bangsa kita bukan untuk hafalan, tetapi lebih kepada pengamalan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Kolaborasi Yang Seperti Apa?
“Tetapi hafalan juga penting, jangan sampai saat berpidato salah sebut teks Pancasila. Malu, apalagi di acara resmi,” kata Yudi.
“Memang ada pejabat yang salah sebut teks Pancasila saat berpidato?,” tanya Heri.
“Ada, meski itu cuma keseleo lidah saja, tetap saja mencuri perhatian publik. Kesan yang muncul pejabat kok nggak tahu Pancasila,” jelas Yudi.
“Setuju, hafalan penting, pengamalan tak kalah pentingnya,” kata mas Bro.
“Logikanya, seseorang yang semakin hafal, kian memahami dan mendalami nilai –nulai luhur Pancasila, maka semakin aktif dan baik mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari,” kata Heri.
“Tetapi bukan berarti yang tidak hafal Pancasila, tidak mengamalkannya. Banyak yang yang kurang paham, malah lebih paham dalam mengamalkan,ketimbang yang lebih paham soal Pancasila, kadang perilakunya tak selaras dengan Pancasila,” kata mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Diterapkan Pidana Kerja Sosial
“Bersikap semena – mena terhadap tetangga, orang lain, cermin perilaku yang tak selaras dengan adat budaya bangsa kita,” kata Heri.
“Termasuk memeras dan korupsi ya,” taya Yudi.
“Ya, itu termasuk di dalamnya, Malah yang korupsi itu lebih – lebih, tak hanya mengambil hak milik orang lain, juga menyebabkan derita masyarakat karena yang diambil hak milik banyak orang. Selain merusak tatanan berbangsa dan bernegara,” urai mas Bro.
“Kian prihatin, jika ada tokoh yang sering teriak berantas korupsi, tak tahunya di belakang hari terjerat korupsi,” kata Yudi.
“Itulah perlunya keteladanan dalam pengamalan Pancasila dari para tokoh, elite damn pejabat publik, tak terkecuali mereka yang sering memberikan pemahaman tentang ideologi Pancasila,” ujar mas Bro.
“Jngan sampai tiap hari bicara soal tolong menolong, gotong royong, saling menghargai, tetapi kadang tidak menghargai orang, terlebih karena dianggap orang kecil. Gimana coba,” ujar Heri. (Joko Lestari)
