JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kolaborasi menjadi kata yang tak asing lagi, kini seolah menjadi kata kunci untuk menyelesaikan segala persoalan hidup ini. Terlebih kepada permasalahan yang multikompleks, multidimensional dan multi, multi yang lain. Intinya rumit dan berbelit.
Soal kolaborasi ini pula yang menjadi obrolan akhir pekan bagi tiga sahabat, bung Heri, mas Bro dan bang Yudi, usai maksi di warteg langganan.
“Argumen bahwa kolaborasi menjadi kunci penyelesaian masalah tidaklah salah, tetapi tidak sepenuhnya benar, “ ujar mas Bro mengawali obrolan warteg.
“Loh kok bisa begitu,” kata bung Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Diterapkan Pidana Kerja Sosial
“Ya, karena dalam membangun kolaborasi itu sendiri tak lepas dari hambatan dan kendala internal yang menyertainya. Jika bangunan itu sendiri rapuh, miring, terlebih goyang –goyang, gimana bisa berperan menjadi kunci penyelesaian masalah,” urai mas Bro.
“Boleh juga argumen kamu Bro, dapat ilmu dari mana?,” tanya Yudi menimpali.
“Ini bukan soal ilmu, tapi logika. Jika kolaborasi ingin diposisikan sebagai kunci, maka harus dibuat sebagus mungkin, tidak asal – asalan dan gampangan. Jika asal kunci, yang penting terdapat kolaborasi, dapat diduga hasilnya tak seperti diharapkan,” jelas mas Bro.
“Lantas apa hambatan dalam membangun kolaborasi, “ tanya Yudi lagi.
“Jika dirinci akan panjang, tetapi yang terpenting bagaimana masing – masing pihak menanggalkan segala ego, seperti ego sektoral seperti dikatakan Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, Iin Mutmainnah dalam diskusi soal kolaborasi, di kantor Dinas PPAPP, Jakarta, Jumat, 12 Desember 2025,” jelas mas Bro.
“Tunggu,,tunggu Bro. Kok bisa sampai ke sana,” ujar Heri.
