Obrolan Warteg: Selain Kuat, Harus Pula Adaptif

Jumat 28 Nov 2025, 07:10 WIB
Ilustrasi obrolan warteg yang menyinggung pentingnya peran negara dalam membantu masyarakat beradaptasi menghadapi kondisi ekonomi yang berubah. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Ilustrasi obrolan warteg yang menyinggung pentingnya peran negara dalam membantu masyarakat beradaptasi menghadapi kondisi ekonomi yang berubah. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

POSKOTA.CO.ID - Ada cuplikan kata mutiara yang patut kita renungi bersama. Kata dimaksud: Bangsa yang menang bukanlah yang terkuat, tetapi yang paling adaptif.

Cuplikan kata tersebut disampaikan Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam orasi ilmiah pada wisuda Pascasarjana dan Sarjana Universitas Bakrie, di Sasana Kriya, TMII, Jakarta, Rabu,  26 November 2025.

Awalnya AHY mengatakan bahwa generasi Indonesia saat ini hidup di tengah dunia yang penuh peluang sekaligus disrupsi.

Keberhasilan di masa depan tidak ditentukan semata oleh kekuatan fisik maupun keunggulan teknis, tetapi oleh kemampuan beradaptasi di tengah dinamika geopolitik,ekonomi, demografi dan krisis iklim. Bangsa yang menang bukanlah yang terkuat, tetapi yang paling adaptif, kata AHY.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Butuh Aksi, Bukan Janji

“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adaptif itu artinya bisa menyesuaikan (diri) dengan keadaan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Jika sebuah benda, sifat adaptif itu disebut elastis, misalnya karet, tali. Dan, ingat sifat elastis mampu mengendalikan benda yang kokoh kuat. Pohon bambu mampu menghadang hempasan angin kencang karena sifatnya yang elastis,” kata Yudi.

“Kuat itu penting, tapi sifat adaptif tak kalah pentingnya dalam merespons keadaan,” ujar Heri. 

“Di era digital seperti sekarang ini ini, dituntut mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Tak hanya menggunakan, juga penguasaan dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan,” kata mas Bro.

“Dengan teknologi kita dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya untuk meningkatkan produktivitas. Dalam dunia bisnis, melalui penguasaan teknologi mendorong kreasi dan inovasi mengembangkan usaha,”kata Heri.

“Organisasi yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi baru berisiko tertinggal dan kehilangan daya saing di pasar,” tambah Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Siap-siap Lunasi Biaya Haji

“Adaptasi terhadap perubahan iklim, misalnya mengatur pola tanam yang sesuai, sistem irigasi efisien. Bagi masyarakat memperbanyak daerah resapan, hemat penggunaan air dan sebagainya,” jelas mas Bro.

“Kalau adaptif dengan kenaikan harga, gimana?,” tanya Yudi.

“Harga apa dulu, kalau bukan barang kebutuhan pokok sementara tunda membeli.Jika menimpa kebutuhan pokok, alihkan dana kebutuhan lain yang tidak mendesak untuk menopang kebutuhan pokok,” kata Heri.

“Yang repot, akibat kenaikan, dana yang tersedia tidak mampu mengkover kebutuhan pokok. Belum lagi terkena PHK,” ujar Yudi.

“Jika sudah demikian, negara wajib hadir melindungi warganya agar mampu beradaptasi dengan kondisi ekonomi,” jelas Heri. (Joko Lestari).


Berita Terkait


News Update