Lahan Dipakai untuk Pembangunan TPU, 130 KK Warga Kampung Bilik Terkatung

Rabu 26 Nov 2025, 21:30 WIB
Warga Kampung Bilik, RW 07 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Rabu, 26 November 2025. (Sumber: Poskota/Pandi Ramedhan)

Warga Kampung Bilik, RW 07 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Rabu, 26 November 2025. (Sumber: Poskota/Pandi Ramedhan)

KALIDERES, POSKOTA.CO.ID - Sekitar 130 kepala keluarga (KK) warga Kampung Bilik di RW 07 Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat terkatung seusai terdampak penggusuran lahan.

Lahan seluas 65 hektare yang berada di perbatasan Kamal, Kalideres, hingga Pegadungan itu akan dibangun Tempat Pemakaman Umum (TPU) baru.

"Sekitar 130an KK. Ada di empat RT. Kalau rumahnya banyak sih ya," kata Ketua RT 02 RW 07 Kelurahan Kamal, Hidayat kepada wartawan di lokasi, Rabu, 26 November 2025.

Hidayat menyampaikan, tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengar aspirasi warga.

Baca Juga: Terancam Digusur karena Pembangunan TPU, DPRD DKI Minta Agar Warga Kampung Bilik Dapat Kepastian Hukum

"Kalau saya kan pengurus RT enggak bisa bertindak apa-apa. Kalau saya, saya serahin ke masyarakat aja. Tanggapan masyarakat seperti apa saya mah enggak bisa memihak," kata Hidayat

Hidayat menyampaikan, di Kampung Bilik tepatnya di RW 07 sendiri terdapat sebanyak empat RT. Dari empat RT yang ada, dia mengungkapkan sekitar 130an KK terdampak.

Sementara itu, Andri, 50 tahun, menolak relokasi dalam bentuk apapun. Menurut dia langkah pemerintah melakukan sosialisasi ke warga merupakan bentuk penggusuran secara halus.

"Sebab awalnya pada saat mendapatkan surat itu, kami disebut penghuni liar," ucapnya.

Baca Juga: Warga Kampung Bilik Diminta Kosongkan Lahan Paling Lambat Tahun Depan

Andri dan warga menolak disebut warga liar karena dirinya ber-KTP Jakarta. Selain itu, pria yang sehari-hari bekerja serabutan ini mempertanyakan "penghuni liar", karena rumahnya terdapat alamat hingga nomor rumah.

"Bahkan dipendataan bansos pun nama saya ada. Terus kalau lagi pemilu kan kami juga ikut nyoblos. Mereka (calon dewan) kalau lagi kampanye juga datang ke sini," tutur dia.

Andri pun sedikit bercerita bagaimana warga Kampung Bilik bertahan dan terus memperbaiki kualitas hidup mereka. Salah satunya dengan pelan-pelan memperbaiki rumah bilik.

"Kan banyak hewan melata masuk, jadi yang awalnya cuma bilik sama warga dirapihin, ditembok, dikasih papan, biar enggak ada hewan yang masuk rumah," tutur dia.

Maryati, 46 tahun, warga lain mengungkapkan kesedihannya lantaran belum ada dua tahun ini rumahnya baru saja direnovasi yang didapat dari bantuan di Gereja.

"Kan saya non muslim, waktu itu saya dapat bantuan renovasi rumah. Nah kalau digusur kan saya juga bingung. Padahal baru direnovasi dapat bantuan dari Gereja," tuturnya.

Baca Juga: Kampung Bilik Disulap untuk TPU: Orang Mati Diurus, Warga Hidup Tergerus

Maryati lantas menanggapi soal warga yang disebut bakal dipindah ke rumah susun (rusun) yang telah disiapkan pemerintah.

Ibu penjual cilok dan es ini mengaku tidak keberatan jika harus pindah ke rusun. Namun ia meminta agar hal itu benar-benar nyata dan bukan hanya omon-omon agar warga siap digusur.

"Karena sampai sekarang aja belum ada pendataan. Terus kalau pindah ke rusun jualan saya gimana? Itu yang bikin saya bingung. Kalau digusur pun saya juga masih bingung mau tinggal di mana," ungkap dia.


Berita Terkait


News Update