KEBAYORAN BARU, POSKOTA.CO.ID - Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, menyoroti tingginya angka kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polda Metro Jaya sepanjang Januari hingga Oktober 2025.
Berdasarkan data Ditlantas Polda Metro Jaya, sebanyak 600 nyawa melayang dan lebih dari 11 ribu insiden kecelakaan terjadi di Jakarta dalam periode tersebut.
Djoko menilai kondisi ini sebagai alarm serius bagi pemerintah, terutama terkait maraknya penggunaan sepeda motor di perkotaan.
Ia menyebut bahwa penindakan kepolisian tidak akan efektif selama produksi sepeda motor terus meningkat tanpa pengendalian. Imbasnya, PT Jasa Raharja telah menyalurkan lebih dari Rp100 miliar untuk santunan korban kecelakaan.
“Pemerintah itu sudah harus bisa mengurangi produksi sepeda motor. Kepolisian menilang itu, tidak ada gunanya selama penjualan motor tetap tinggi,” ujar Djoko, saat dikonfirmasi, Senin, 17 November 2025.
Baca Juga: Pelanggaran Lalu Lintas Penyebab Utama Kecelakaan, 600 Nyawa Melayang
Menurut Djoko, kebijakan pemerintah pusat yang terus mendorong produksi sepeda motor, termasuk pemberian subsidi pada motor listrik, justru memperparah situasi lalu lintas dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Ia menilai kebijakan tersebut lebih mengedepankan aspek ekonomi daripada keselamatan masyarakat.
“Mereka hanya memikirkan uangnya, tidak memikirkan nyawa. Kalau meninggal mungkin selesai, tapi kalau cacat? Jadi beban negara dan keluarga. Apalagi kalau dia kepala rumah tangga,” tegas Djoko.
Djoko membandingkan kebijakan transportasi Indonesia dengan negara-negara maju yang telah membatasi penggunaan sepeda motor.
Ia menyebut bahwa negara seperti Tiongkok memiliki aturan ketat, termasuk pembatasan kecepatan dan jalur khusus, sementara Indonesia justru mengizinkan penggunaan motor dengan kecepatan tinggi tanpa pengaturan memadai.
