Dalam pernyataannya di Instagram @nadeen.m.ayoub, ia menulis:
“Saya berdiri di panggung ini bukan untuk mahkota, tapi untuk membawa suara rakyat Palestina yang ingin didengar dunia.”
Lebih dari Sekadar Kecantikan
Miss Universe dikenal sebagai ajang kecantikan paling bergengsi di dunia, berdiri sejak tahun 1952 di Amerika Serikat. Namun seiring waktu, ajang ini bukan lagi hanya soal paras cantik, melainkan tentang kepemimpinan, kecerdasan, dan advokasi sosial.
Gelaran Miss Universe 2025 diadakan di Thailand, dan diikuti ratusan perempuan dari berbagai negara. Para peserta diharapkan tidak hanya menonjolkan penampilan, tetapi juga membawa misi sosial dan identitas budaya negara mereka.
Nadeen memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan budaya Palestina, mulai dari pakaian tradisional hingga pesan tentang ketahanan, harapan, dan perdamaian.
Ia bahkan menampilkan kostum nasional bertema “Olive Tree of Hope”, simbol perdamaian dan keteguhan rakyat Palestina. Busana itu mendapat sambutan hangat dari juri dan publik dunia.
Baca Juga: Momen Tak Terduga! Ketika Security Camp Nou Melanggar Aturan demi Lionel Messi
Suara untuk Palestina di Panggung Dunia
Kehadiran Nadeen Ayoub di Miss Universe 2025 menjadi simbol baru perjuangan non-kekerasan. Ia menggunakan bahasa diplomasi budaya dan keindahan untuk memperkenalkan wajah lain Palestina — bukan hanya tentang konflik, tapi tentang kekuatan perempuan, potensi generasi muda, dan harapan masa depan.
Dengan langkah berani ini, Nadeen menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Timur Tengah. Ia membuktikan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan cara yang lembut namun bermakna: melalui suara, karya, dan representasi positif di kancah global.
Nadeen Ayoub bukan sekadar Miss Palestina pertama, tapi juga wajah baru diplomasi perempuan modern. Ia membawa pesan penting: bahwa kecantikan sejati bukan hanya soal penampilan, tetapi keberanian untuk memperjuangkan sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri.
Melalui panggung Miss Universe 2025, Nadeen menegaskan bahwa Palestina bukan hanya cerita tentang penderitaan, tapi juga tentang keindahan, budaya, dan kemanusiaan yang pantas didengar dunia.
