Harga Emas Diprediksi Bangkit di Desember 2025: Koreksi Sehat Jadi Awal Momentum Baru?

Kamis 13 Nov 2025, 19:58 WIB
Tren Emas Jelang Akhir Tahun 2025: Apakah Saatnya Investor Kembali Masuk Pasar? (Sumber: Poskota/Yusuf Sidiq)

Tren Emas Jelang Akhir Tahun 2025: Apakah Saatnya Investor Kembali Masuk Pasar? (Sumber: Poskota/Yusuf Sidiq)

Namun ini bukanlah bencana: investor jangka panjang berpengalaman biasanya memanfaatkan momen seperti ini untuk akumulasi jangka panjang (‘buy on weakness’). Intinya bukan menebak puncak atau dasar, tapi menjaga disiplin dan diversifikasi.

Skenario Sideways

Bila harga bergerak datar di kisaran US$ 3.700–3.900, pasar mungkin sedang menunggu katalis baru.

Di fase ini banyak peluang trading kisaran (range trading).

Untuk yang lebih nyaman dengan fleksibilitas, emas digital seperti PAX Gold dan Tether Gold bisa jadi pilihan — kamu tetap terpapar harga global tapi lebih likuid dan tanpa repot penyimpanan fisik.

Strategi Investor: Antara Emas Fisik dan Digital

Di tengah ketidakpastian ekonomi, strategi paling bijak tetap sama: konsisten dan disiplin. Untuk investor jangka panjang, metode Dollar-Cost Averaging (DCA) masih jadi senjata utama — dengan cara ini kamu beli emas secara rutin tanpa perlu menebak-nebak harga ideal.

Sementara untuk trader jangka pendek, perhatikan level-level teknikal: misalnya support di US$ 3.800 dan resistance di US$ 4.000. Pola breakout dari dua level ini bisa menjadi sinyal entry yang menarik.

UBS bahkan menyarankan agar investor menaruh sekitar 3–7% portofolio di emas. Alasannya sederhana: emas tetap aset pelindung nilai paling efektif ketika pasar keuangan sedang tidak pasti.

Untuk investor di Indonesia:

  • Emas fisik tetap bagus — terlihat, tangible, bisa disimpan sendiri.
  • Emas digital (misalnya PAX Gold, Tether Gold) menawarkan fleksibilitas lebih tinggi karena kamu bisa membeli dengan nominal kecil, tetap terpapar harga global, dan menjual kapan butuh likuiditas.

Kombinasi emas fisik dan digital bisa memberi keseimbangan antara keamanan dan fleksibilitas.

Baca Juga: Dunia di Ambang Krisis? SBY Wanti-Wanti Nasionalisme Ekstrem Bisa Memicu Perang Dunia III

Risiko yang Perlu Diawasi Menjelang Akhir Tahun

Meski prospeknya menarik, ada beberapa faktor penting yang patut kamu perhatikan:

  • Arah kebijakan The Fed: Bila mereka menunda pemangkasan suku bunga, reli emas bisa tertahan lebih lama.
  • Pergerakan inflasi di AS dan Eropa: Inflasi yang tetap tinggi mendukung emas, sebaliknya inflasi yang cepat turun bisa menekan.
  • Kurs rupiah: karena di Indonesia, pelemahan rupiah bisa mendorong harga emas fisik naik meski harga global stagnan.
  • Ketegangan geopolitik: Konflik di Timur Tengah, Eropa atau Asia bisa memicu reli mendadak—tetapi juga berpotensi “keamanan risiko” yang sudah ter‐harga.
  • Risiko likuiditas dan spread di pasar emas fisik Indonesia: Margin dealer, cetak, penyimpanan, serta biaya transaksi bisa mengurangi keuntungan.
  • Perubahan regulasi atau pajak: Di beberapa negara/daerah, perubahan regulasi bisa berdampak terhadap kepemilikan emas.
  • Memahami faktor-faktor ini penting supaya kamu tidak bereaksi impulsif, tapi tetap adaptif terhadap pasar.

Desember 2025 sangat mungkin jadi bulan yang menentukan untuk pasar emas. Setelah koreksi yang wajar di awal November, sinyal teknikal dan fundamental mulai sejalan menuju arah yang lebih positif. UBS dan ING sama-sama menilai bahwa koreksi kali ini bersifat sementara, dan potensi rebound masih terbuka lebar.


Berita Terkait


News Update