Apa Itu Redenominasi Rupiah? Simak Dampak dan Manfaatnya

Minggu 09 Nov 2025, 16:45 WIB
Ilustrasi uang rupiah. (Sumber: IqbalStock)

Ilustrasi uang rupiah. (Sumber: IqbalStock)

Alhasil, dengan adanya fenomena “penyederhanaan nominal” ini, publik dinilai sudah terbiasa dengan konsep nominal sederhana meski belum diterapkan secara resmi.

Kendati demikian, ada tujuan mendasar di balik rencana redenominasi ini, antara lain:

Baca Juga: Akhirnya Bansos KAJ KLJ KPDJ Cair ke Penerima, Simak Informasinya di Sini

Meningkatkan Efisiensi Transaksi dan Sistem Keuangan

Dengan nominal yang lebih kecil, proses transaksi, pembukuaan hingga sistem pembayaran bisa berjalan lebih cepat dan efisien.

Tak hanya itu, sistem akuntansi pun akan lebih sederhana dan minim risiko kesalahan.

Meningkatkan Citra dan Kredibilitas Mata Uang

Nonimal rupiah yang besar seringkali dianggap memberi kesan nilai mata uang yang lemah. Dengan menerapkan redenominasi dapat memperkuat persepsi ekonomi Indonesia semakin matang dan stabil serta sejajar dengan negara lain yang memiliki sistem moneter efisien.

Transformasi Digital Keuangan

Adanya sistem pembayaran berbasis teknologi menuntut kesederhanaan angka. Redenominasi dinilai dapat memperlancar integrasi sistem keuangan digital serta mempermudah masyarakat dan pelaku usaha.

Baca Juga: Harga Emas Hari Minggu 9 November 2025 Galeri24 dan UBS Stagnan, Antam Tak Tersedia di Pegadaian

Dampak Redenominasi

Apabila rencana ini diterapkan secara matang, ada hal positif dan negatif bagi perekonomian, antara lain:

  • Transaksi lebih sederhana dan efisien
  • Mengurangi risiko kesalahan pencatatan
  • Meningkatkan kredibilitas rupiah
  • Efisiensi pembayaran digital

Sementara dampak negatif, berdasarkan keterangan lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios), yaitu:

  • Inflasi
  • Kenaikan harga

Baca Juga: 6 Aplikasi Investasi Emas Terpercaya di Indonesia, Aman dan Diawasi BAPPEBTI

Mereka memberikan sebuah ilustrasi negara-negara yang melakukan redenominasi namun dilakukan dalam  kondisi tidak matang, semisal:

  • Brasil pada tahun 1986, 1989 dan 1993 — gagal mengatasi inflasi karena kurang sosialisasi dan persiapan pada sistem keuangan. Inflasi naik 48 persen secara bulanan pada Juni 1994.
  • Ghana pada tahun 2007, inflasi naik 5 persen di tahun berikutnya setelah dilakukan redenominasi.
  • Zimbabwe yang berulang kali melakukan redenominasi, namun ekonominya terus buruk.

Berita Terkait


News Update