POSKOTA.CO.ID - Pada penutupan perdagangan Rabu, 10 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mencatat penguatan signifikan. Menurut data Bloomberg, rupiah menguat sebesar 12 poin atau 0,07 persen, sehingga berada pada posisi Rp16.469,5 per USD, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.481,5 per USD.
Penguatan ini menunjukkan konsistensi tren positif yang telah terbentuk sejak pagi hari, sekaligus memberikan sentimen optimis bagi pelaku pasar keuangan.
Namun, data dari Yahoo Finance mencatat perbedaan, dengan laporan pelemahan tipis sebesar 21 poin ke level Rp16.454 per USD. Perbedaan data kurs ini lumrah terjadi karena variasi metode perhitungan dan waktu pencatatan.
Baca Juga: Lebih Baik Jual Emas Saat Harga Naik Atau Turun? Ini Waktu yang Tepat
Faktor yang Mendorong Penguatan Rupiah
Beberapa faktor utama diyakini berperan dalam menjaga stabilitas rupiah:
- Reshuffle Kabinet dan Menteri Keuangan Baru
Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa menimbulkan pro-kontra. Meski awalnya menekan pasar, pergantian ini justru memberi sinyal adanya arah kebijakan fiskal baru yang lebih pro-pertumbuhan. Investor domestik masih menunggu kepastian strategi kebijakan berikutnya. - Aliran Modal Asing
Meskipun investor asing sempat melakukan aksi jual, sebagian pelaku pasar melihat penguatan rupiah sebagai indikasi kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi jangka menengah. - Harga Komoditas Global
Emas dan minyak masih menjadi indikator penting. Saat rupiah menguat, harga emas domestik cenderung turun karena harga acuan emas dipengaruhi kurs dolar. - Kebijakan Bank Indonesia
BI tetap konsisten menjaga inflasi di kisaran target, serta menjaga keseimbangan antara stabilitas kurs dan pertumbuhan.
Dampak Penguatan Rupiah terhadap IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut mengalami penguatan setelah sebelumnya tertekan isu politik. Pasar saham biasanya bergerak sejalan dengan sentimen nilai tukar.
- Rupiah menguat → IHSG naik. Investor optimis dengan stabilitas makroekonomi.
- Rupiah melemah → IHSG cenderung turun. Investor asing mengurangi eksposur akibat risiko kurs.
Kenaikan IHSG ini memberikan harapan baru bahwa sektor saham masih memiliki ruang pertumbuhan, meskipun investor perlu tetap waspada terhadap dinamika global, khususnya kebijakan The Fed.
Hubungan Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas
Salah satu fenomena yang selalu menjadi perhatian publik adalah korelasi antara rupiah dan emas.
Menurut pengamatan pasar:
- Saat rupiah menguat, harga emas lokal biasanya turun karena acuan harga emas internasional tetap dalam dolar.
- Saat rupiah melemah, harga emas naik karena biaya konversi ke rupiah lebih tinggi.
Namun, perlu dipahami bahwa nilai intrinsik emas tidak berubah. Emas tetap menjadi instrumen investasi dengan risiko rendah, meski pergerakan nominal harganya dipengaruhi kurs.
Seperti yang disampaikan akun warganet, fenomena ini membuat banyak orang mempertanyakan kapan waktu terbaik membeli emas. Jawabannya: emas sebaiknya dipandang sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar spekulasi jangka pendek mengikuti fluktuasi rupiah.