"Sampe pernah didiagnosis peradangan saluran pernapasan atas di bulan Agustus kemarin," ujar Naufal.
Meski sudah tak musim kemarau, saat ini dirinya ketika berkendara lebih sering menggunakan masker hingga memperbanyak minum vitamin guna menjaga daya tahan tubuh.
"Biasa naik motor pake masker, jaket, bawa air putih dan banyakin minum air putih, minum vitamin," kata dia.
Naufal meminta kepada Pemprov DKI Jakarta untuk memberikan kompensasi kepada warganya yang terkena penyakit akibat polusi udara.
"Kalo bisa seharusnya tanggung biaya kesehatan bagi terdampak polusi udara, kasihan kan kalo ampe Sakit gara gara polusi udara," ungkapnya.
Sementara itu, Abim 26 tahun, seorang ojek online, mengatakan bahwa polusi udara saat itu membuatnya sering mengalami sesak napas dan sakit kepala.
Baca Juga: Tanggapi Polusi Udara di Jakarta, Pengamat Usul Penyerap Polutan Ditambah
Ia menyampaikan, polusi kini sudah menjadi bagian dari rutinitas warga Jakarta yang tidak bisa dihindari.
Abim pun berharap agar Pemda DKI lebih serius menangani permasalahan polusi udara ini, terutama truk di jalan.
"Itu kalo bisa truk-truk yang dijalankan sering buang asap diberesin kalo bisa," ungkapnya.
Kualitas Udara Jakarta 2025 Lebih Baik
Sementara itu, BMKG menilai kualitas udara Jakarta pada tahun 2025 relatif lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meski masih berada pada kategori yang perlu diwaspadai terutama saat musim kemarau.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyampaikan bahwa berdasarkan data pemantauan harian, jumlah hari dengan kondisi udara 'tidak sehat' yang ditandai oleh konsentrasi partikel halus PM2.5 di atas 55 mikrogram per meter kubik tercatat lebih sedikit dibandingkan periode 2023 dan 2024.
