JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di ujung timur Jakarta, di bantaran Kali Ciliwung yang airnya berwarna coklat pekat, deretan rumah dua lantai berdiri berhimpitan.
Suara gemericik air bercampur aroma lumpur menjadi bagian dari keseharian warga Kebon Pala, Tanah Rendah, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Ketika hujan deras turun di Bogor dan pintu air Katulampa mulai dibuka, sinyal bahaya bagi warga Kebon Pala. Dalam hitungan jam, rumah-rumah di pinggiran kali terancam tergenang.
Saiful, 43 tahun, warga RT 04/RW 08 Kebon Pala, mengaku sudah hafal benar dengan tanda-tanda banjir. Rumahnya yang berdiri di samping tepian Ciliwung terkena dampak luapan air.
Baca Juga: Macet hingga Banjir Jakarta Dinilai Bentuk Ketidakbecusan Pemprov Jakarta Tata Kota
“Kemarin juga sempat banjir di sini, airnya sampai sedengkul. Begitu hujan gede, kita langsung angkat semua barang pakaian, perabotan, surat-surat penting,” kata Saiful kepada Poskota, Senin, 3 November 2025.
Saiful bercerita, jika air sudah mencapai sepinggang, ia dan keluarganya memilih tetap bertahan di rumah dua lantainya.
Jika genangan terus naik, mereka harus mengungsi ke SMPN 26 atau kantor kelurahan, tempat warga lain biasa berlindung.
“Kalau udah segenteng banjirnya, baru kita ngungsi. Tapi kalau masih sepinggang, ya di rumah aja. Barang-barang udah aman di atas,” ujarnya.
Baca Juga: BPBD Jakarta Kerahkan Personel di Banjir Jati Padang Jaksel
Sementara itu, Jamal, 50 tahun, terbiasa dengan banjir. Ia sudah punya strategi sendiri untuk bertahan setiap debit air naik.
