Pengesahan TKA dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahuan memadai. Penetapan kisi-kisi yang terlambat juga menyulitkan siswa dan guru melakukan persiapan optimal.
“Dari 14 Juli hingga 3 November, para guru dan murid hanya memiliki waktu tersisa 112 hari alias sekitar 3,5 bulan,” tulisnya.
Siswa Agit menambahkan, Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikdasmen baru memulai Simulasi TKA Online untuk jenjang SMA/MA/SMK/MAK dan sederajat secara resmi pada 6 Oktober 2025.
Guru-guru bimbel telah mencoba membuat perkiraan soal sejak bulan Juli, namun perkiraan tersebut ternyata tidak akurat, bahkan jika dibandingkan dengan perkiraan resmi Pusmendik.
“Akibatnya, perkiraan soal baru dirancang kembali setelah simulasi TKA online pertama,” tambahnya.
Selain itu, jadwal kelas 12 yang padat, termasuk ujian praktik dan kegiatan sekolah lain, membuat siswa kesulitan menyiapkan diri secara maksimal.
“Waktu persiapan yang sangat singkat akibat jadwal kelas 12 yang padat hanya menambah tantangan yang kami hadapi,” tulis Siswa Agit.
Menurut dia, cakupan materi TKA terlalu luas, sehingga sulit bagi siswa untuk memperkirakan jenis soal yang akan muncul.
Ketidakjelasan ini menambah tekanan mental, terlebih beberapa sekolah tidak memberikan dukungan atau fasilitas belajar yang memadai.
Siswa Agit menilai, penggunaan Kurikulum Merdeka dan pelaksanaan TKA kurang tepat karena beberapa guru belum maksimal dalam mengajar.
“Bayangkan, betapa sulitnya bagi beberapa dari kami yang tidak mampu membayar guru bimbel,” tulis Siswa Agit.
Petisi ini menegaskan bahwa TKA, dalam pelaksanaannya, justru menambah beban siswa daripada memberi manfaat evaluasi yang adil.
