Langkah ini sempat menjadi sorotan di kalangan pengamat, karena dianggap sebagai bentuk penyingkiran suara kritis di tengah ambisi pemerintah membangun proyek prestisius.
Baca Juga: Honda Racing Indonesia Siap Tempur di Mandalika Festival of Speed 2025
Siapa yang Tanggung Utang Whoosh?
Setelah proyek rampung dan Whoosh resmi beroperasi, pertanyaan lain muncul: siapa yang menanggung utangnya?
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan uang negara untuk menutup utang proyek kereta cepat. Menurutnya, proyek ini merupakan tanggung jawab konsorsium BUMN, bukan rakyat atau APBN.
“Ini bukan beban negara. Kalau proyek ini rugi, ya itu risiko bisnis BUMN,” ujarnya.
Pernyataan ini sekaligus menjawab kekhawatiran publik bahwa proyek besar seperti Whoosh bisa berakhir menjadi “lubang hitam keuangan” yang membebani generasi mendatang.
Analisis: Antara Prestise dan Efisiensi
Secara teknologi, Whoosh memang membawa Indonesia ke level baru dalam transportasi modern. Ini adalah kereta cepat pertama di Asia Tenggara, dan menjadi simbol bahwa Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dalam infrastruktur.
Namun, dari sisi manajemen proyek dan transparansi biaya, banyak catatan yang harus diperbaiki.
Beberapa analis menilai, proyek ini lebih didorong oleh faktor prestise politik ketimbang efisiensi ekonomi. Dengan kata lain, proyek ini memang tampak gemerlap dari luar, tapi menyimpan beban finansial yang berat di dalamnya.
