Dengan demikian, kebijakan ini berbasis “jumlah pesan tanpa tanggapan” sebagai metrik utama untuk menandai potensi spam atau pesan yang tidak diinginkan.
4. Mekanisme pembatasan dan bagaimana pengguna dapat menghadapi
Dari penjelasan resmi dan pelaporan pihak media, mekanisme kebijakan dapat dirangkum sebagai berikut:
- Pengiriman ke kontak belum merespons = dihitung dalam kuota bulanan.
- Penerimaan balasan oleh penerima berarti pesan-pesan sebelumnya tidak lagi dihitung dalam kuota yang sama.
- Sebelum mencapai batas, pengguna akan menerima peringatan agar dapat berhenti atau mencari balasan.
- Setelah batas tercapai, pengguna atau akun bisnis mungkin dibatasi dalam mengirim pesan baru ke kontak yang belum merespons.
Tips bagi pengguna dan bisnis:
- Pastikan Anda hanya mengirim pesan kepada kontak yang telah memberikan persetujuan (opt-in) atau mengenal Anda secara baik.
- Fokus pada pesan yang mendorong interaksi atau tanggapan, karena balasan memungkinkan Anda “menghapus” pesan dari hitungan kuota.
- Hindari pengiriman pesan massal ke nomor baru tanpa harapan respons; ini bisa dianggap spam dan mempercepat tercapainya batas.
- Pantau peringatan yang muncul agar bisa berhenti tepat waktu sebelum pengiriman dibatasi.
- Untuk akun bisnis: pastikan pesan dikustomisasi, relevan, dan sesuai kebijakan platform sehingga tidak memicu pembatasan kualitas.
Dengan memahami mekanisme ini, pengguna dan bisnis dapat menyesuaikan strategi pengiriman pesan agar tetap aman dan efektif.
Dampak terhadap pengguna biasa dan akun bisnis
Pengguna biasa: Meta dan WhatsApp menyebut bahwa rata-rata pengguna harian tidak akan terkena dampak besar dari kebijakan ini karena mereka jarang mengirim pesan ke kontak yang belum dikenal atau tanpa balasan. Artinya, pengalaman komunikasi pribadi di WhatsApp seharusnya tetap berjalan seperti biasa.
Akun bisnis dan pengirim pesan massal: Di sinilah dampaknya paling terasa. Bisnis yang mengandalkan pengiriman pesan ke banyak kontak baru tanpa mendapat tanggapan akan merasa tekanan. Kebijakan ini mendorong bisnis untuk meningkatkan kualitas interaksi — bukan hanya kuantitas pengiriman pesan. Laporan AndroidHeadlines menyebut bahwa kebijakan ini memaksa bisnis untuk “mencapai tanggapan” dari penerima karena tanpa balasan, pesan mereka dihitung dalam batas kuota.
Dampak yang lebih spesifik:
- Bisnis perlu mengevaluasi strategi komunikasi agar tidak terus-menerus mengirim pesan yang diabaikan.
- Metrik “rasio balasan” (reply rate) menjadi lebih penting daripada sekadar jumlah pesan.
- Bisnis yang tidak menyesuaikan akan terbatas dalam kapasitas pengiriman pesan ke kontak baru dalam satu bulan.
Hubungan dengan regulasi dan tren anti-spam digital
Kebijakan ini sejajar dengan tren regulasi global yang semakin memperketat pengawasan terhadap platform pesan instan. Banyak negara kini menuntut agar platform-platform seperti WhatsApp memiliki mekanisme untuk melindungi pengguna dari spam, penyalahgunaan, serta gangguan privasi.
Contoh relevan yang disebut dalam laporan:
- Di Indonesia, wacana pembatasan panggilan di WhatsApp pernah muncul melalui diskusi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
- Di Rusia, bahkan sempat muncul rencana untuk melarang WhatsApp dan menggantikannya dengan aplikasi lokal.
Konteks ini menunjukkan bahwa platform global seperti WhatsApp harus merespon tuntutan regulasi sekaligus menjaga pengalaman pengguna.
Kebijakan pembatasan pesan ini bukanlah yang pertama. WhatsApp sebelumnya juga sudah menerapkan batasan jumlah pesan siaran (broadcast) yang dapat dikirim oleh akun pengguna maupun bisnis. Oleh karena itu, kebijakan terbaru ini merupakan evolusi dari rangkaian tindakan anti-spam yang lebih menyeluruh.
Baca Juga: Cara Ganti Nomor WhatsApp dengan Mudah dan Cepat
Dengan menerapkan pembatasan pengiriman pesan ke kontak yang belum merespons, WhatsApp bertujuan menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih aman, nyaman, dan bebas dari gangguan pesan massal yang tidak relevan. Langkah ini juga menandakan bahwa platform menempatkan kualitas interaksi sebagai prioritas.