Lahirnya tuntutan reformasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG), menyusul kasus keracunan makanan, perlu disikapi secara bijak. Negara wajib hadir menyelamatkan kesehatan masyarakat, tak hanya secara fisik, juga kesehatan mental masyarakat.
Trauma berkepanjangan, tak hanya memicu gangguan mental, juga dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap program yang sedang dan akan digulirkan.
Ke depan, tak cukup memperbanyak ruang aspirasi, dialog dan interaksi publik dengan lembaga eksekutif maupun legislatif, tak kalah pentingnya membuka
lebih banyak ruang konsultasi publik sebagai bagian menguatkan kesehatan mental masyarakat. Dengan memberi ruang aman untuk berbagi perasaan, mendengar tanpa menghakimi karena adanya kesadaran bahwa kesehatan mental adalah hak setiap orang, kebutuhan dasar manusia, tanpa terkecuali, bahkan di tengah kekacauan.
Patut diingat bahwa kemanusiaan sejati hadir ketika kita tak hanya menolong orang dengan tubuh terluka, tetapi juga jiwa- mental yang sedang berjuang untuk pulih akibat situasi. Bukan saja akibat kekacauan, bencana alam dan konflik sosial, juga kekerasan sosial di media sosial yang belakangan kian mewarnai ruang publik.
Menghadapi beragam tantangan akibat kemajuan teknologi, utamanya informasi dan komunikasi yang berujung kepada kian maraknya godaan, kalau tidak disebut "jebakan sosial", maka ketangguhan mental sangat diperlukan.
Seseorang dapat dikatakan tangguh metal, jika memiliki sejumlah ciri –ciri sebagaimana disebutkan para ahli, di antaranya: Mempunyai harga diri yang wajar, menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan. Menghargai pendapat dan ide orang lain. Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain “mengakali” dirinya.
Dalam artian yang lebih luas lagi, sehat dan tangguh metal adalah tahu yang benar adalah benar dan berupaya menegakkannya. Yang salah adalah salah dan berusaha untuk menjauhinya, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Menghindari kebiasaan buruk menjadi salah satu kunci menguatkan ketahanan mental. Gunakan semua energi untuk membangun pikiran yang positif: Tidak risau oleh keadaan sekitar. Tidak tergoda mengikuti jejak orang lain yang suka pamer kemegahan dan kemewahan. Menutup mata, telinga, pikiran dan hati, jika godaan datang.
Mari sehatkan jiwa kita dengan membangun mental yang tangguh.
Mental yang kuat menghadapi godaan, handal menerima ujian serta sukar dikalahkan oleh serbuan penyakit jiwa yang berwujud: depresi, trauma hati , emosi, dan rendah diri. (Azisoko).