Ketujuh, hobi ekspor tenaga babu dan impor tenaga ahli. Pola dan praktik ini sudah 80 tahun tidak berubah. Kita tak peduli pada nasib dan martabat kemanusiaan.
Kedelapan, keadaan demografi belum teratasi. Tingginya angka pengangguran, urbanisasi tak terkendali, dan disparitas gender dalam pekerjaan masih menjadi problem tanpa solusi.
Kesembilan, lemahnya tradisi industri. Indonesia masih tertinggal dalam hal adopsi teknologi, baik di sektor industri maupun kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Ekonomika Pancasila: Amok Kaum Miskin
Kesepuluh, hancurnya hukum dan penegaknya. Sistem hukum yang kuat adalah fondasi dari sebuah negara maju, namun Indonesia memilih menghancurkan hukum dan menghidupi mafia, kartel plus genk.
Kesebelas, kegagalan membangun sistem masyarakat bermoral dan etika berkehidupan. Agama-agama yang ada masih berkutat di saleh ritual, gagal saleh sosial. Asketis dan hidup seperlunya dijauhi, riya dan dengki ditradisi.
Apa solusinya? Bikin masyarakat sehat yang mampu mendesain sistem ekopol pancasila sehingga melahirkan pemimpin jenius. Pemimpin dan masyarakat yang melahirkan sekumpulan patriot penghadir ekopol kaya plus bahagia. Mestakung.