Kasus LGBT di Bekasi Melonjak, MUI: Faktor Ekonomi hingga Masalah Keluarga Jadi Pemicu

Minggu 21 Sep 2025, 20:03 WIB
Ilustrasi bendera pelangi yang dijadikan simbol komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender). (Sumber: X/@acarbiawak)

Ilustrasi bendera pelangi yang dijadikan simbol komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender). (Sumber: X/@acarbiawak)

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Ketua MUI Kota Bekasi, Saifuddin Siroj, menyoroti lonjakan kasus LGBT di wilayahnya yang kini mencapai lebih dari 6.000 orang.

Ia menilai faktor pemicu utama meningkatnya kasus tersebut berkaitan dengan persoalan ekonomi hingga disharmoni dalam keluarga.

“Ini yang mau kami dalami. Kami juga kaget, kenapa angkanya bisa mencapai 6 ribu lebih. Sementara ini yang bisa mewakili dari semua pemicu itu adalah faktor ekonomi, PHK, ketidak harmonisan dalam rumah tangga, dan juga KDRT,” ujar Saifuddin, Minggu 21 September 2025.

Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan keberadaan apartemen murah yang kian menjamur dan memudahkan aktivitas komunitas LGBT. Terlebih kasusnya meningkat secara signifikan dalam kurun waktu dua tahun belakangan.

Saifuddin menegaskan, pihaknya masih perlu melakukan pendalaman dan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan faktor penyebab yang dominan.

“Penting bagi kami untuk melakukan pendalaman lagi. Harus ada perencanaan untuk menangani kasus ini. Jadi sebetulnya kami sedang memetakan bagaimana solusi nanti setelah ketemu pemicu-pemicunya,” katanya.

Ia menekankan perlunya konsep penanganan terpadu antar instansi. Menurutnya, data yang ada sudah cukup jelas sehingga langkah ke depan tidak bisa hanya sekadar pencegahan, melainkan harus menyentuh resolusi yang komprehensif.

Baca Juga: 6.176 Warga Bekasi Mengaku Penyintas LGBT, MUI: Fenomena Gunung Es

“Sekarang penanganannya bukan kuratif atau preventif lagi. Ini sudah ada data, sudah ada pelaku dan korban, jadi tindakannya harus komprehensif nantinya. Bagaimana mencegah, kemudian mencari resolusinya, mengobatinya, dan bagaimana menurunkan angka ini supaya tidak terus melonjak,” jelasnya.

Untuk itu, Saifuddin meminta adanya sinergi antara Dinas Kesehatan, MUI, DPRD, kepolisian, hingga Dinas Sosial dalam menangani perkara LGBT yang melonjak dua tahun belakangan tersebut.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Litbang MUI saat ini juga tengah melakukan pendataan terkait kasus HIV di Kota Bekasi.

“Sekarang kami juga sedang mendata berapa yang kena HIV-AIDS, efeknya kan kayak gitu nanti. Kalau tidak dilakukan upaya yang komprehensif, bisa bahaya. Ini dampak negatif dari LGBT itu,” jelasnya.

Ia menambahkan, kekhawatiran semakin besar jika kasus LGBT juga terjadi pada mereka yang sudah berumah tangga.

“Lebih parahnya nanti kalau yang sudah berumah tangga. Bagaimana kalau punya anak? Ini enggak bisa didiamkan. Pemerintah harus terlibat, DPRD harus terlibat, kepolisian, dinsos, semua harus turun tangan,” katanya.

Ke depan, ia berharap akan ada pembinaan di berbagai lapisan masyarakat untuk menekan kasus LGBT.

“Nanti kami akan sortir datanya. Ini kami juga temukan ada yang berumur 40 tahun juga terlibat LGBT. Masalah agama kok nggak dipakai jadi pedoman. Harus ada regulasi nanti di luar itu,” ujarnya.

Saat ini, Saifuddin mengatakan MUI bersama yayasan, Dinkes, dan Dinsos masih mengumpulkan data valid sebelum dipublikasikan.

“Kami ingin data yang didapatkan betul-betul valid. Nanti juga akan ada press release di MUI setelah kami mendapatkan data yang benar-benar lengkap,” pungkas Saifuddin.

Sebelumnya, data mengejutkan dirilis Yayasan Lembaga Kasih Indonesia Kita bersama Majelis Ulama Indonesia Kota Bekasi. Hingga tahun 2025 tercatat sebanyak 6.176 warga Kota Bekasi mengaku sebagai penyintas LGBT yang tersebar di seluruh kecamatan.

Baca Juga: Heboh Agnez Mo Rayakan Parade Pride Month hingga Dituding Dukung LGBT

Rincian temuan kasus LGBT menurut wilayah menunjukkan distribusi yang bervariasi. Antara lain Kecamatan Bantar Gebang tercatat 88 kasus, Bekasi Barat 309 kasus, Bekasi Selatan 2.095 kasus.

Kemudian, Bekasi Timur 1.507 kasus, Bekasi Utara 620 kasus, Jatiasih 81 kasus, Jatisampurna 99 kasus, Medan Satria 196 kasus, Mustika Jaya 506 kasus, Pondok Melati 13 kasus, Pondok Gede 66 kasus, dan Rawalumbu 596 kasus.

Jika dijumlahkan, pada 2023 ditemukan 544 kasus, lalu melonjak menjadi 5.632 pada 2024, dan pada 2025 tercatat 6.176 kasus.

Berdasarkan kelompok usia, penyintas berusia 14-19 tahun sebanyak 133 orang, usia 20-24 tahun sebanyak 1.185 orang, usia 25-49 tahun sebanyak 3.921 orang, dan usia di atas 49 tahun mencapai 109 orang.

Menanggapi kompleksitas isu ini, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengajak semua pihak duduk bersama mencari akar permasalahan sebelum menentukan solusi.

"Permasalahan ini sangat kompleks. Akar masalahnya mesti kami temukan dulu, sehingga metode dan cara yang kami lakukan menjadi fokus bersama untuk mewujudkan Kota Bekasi yang sehat," ujar Tri Adhianto.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi melalui edukasi, sosialisasi, dan literasi yang berkelanjutan. Wali Kota juga mengaku terkejut dengan data LGBT yang beredar.

"Termasuk hari ini kami mengetahui berita tentang LGBT di Kota Bekasi yang meningkat tajam sampai ada 5 ribu lebih. Saya kira ini menjadi PR (pekerjaan rumah) dan menjadi pengingat bagi kita untuk mawas diri," tuturnya. (cr-3)


Berita Terkait


News Update