Salah sebuah keunggulan yang ditawarkan adalah garansi baterai seumur hidup, tanpa batasan jarak tempuh. Bila performa baterai menurun hingga di bawah 70 persen, maka akan diganti tanpa biaya tambahan. Di atas kertas, ini memang memberikan jaminan bagi pengguna.
Namun, dengan baterai tetap dimiliki oleh perusahaan, konsumen juga akan bergantung pada sistem monitoring dari VinFast, termasuk dalam urusan penggantian atau perawatan. Hal ini tentu perlu transparansi dan edukasi yang jelas agar tidak menimbulkan kebingungan di lapangan.
Sejak 1 Agustus 2025, VinFast memberikan dua opsi bagi konsumen di Indonesia. Mereka bisa membeli mobil listrik lengkap dengan baterainya atau kendaraan saja dengan skema berlangganan baterai.
Baca Juga: Apa Maksud Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' yang Viral di Media Sosial?
Keduanya tetap mendapatkan layanan yang sama dari segi purnajual, pembiayaan, hingga asuransi. Perbedaan hanya terletak pada struktur kepemilikan dan model pembayaran jangka panjang.
“Konsumen yang memilih langganan tetap dapat layanan yang setara dengan pembeli konvensional. Tidak ada diskriminasi layanan,” ujar Kerry sapaan akrabnya.
Dengan model seperti ini, VinFast mengklaim akan tetap menanggung risiko soal pengelolaan baterai dari performa, perawatan, hingga daur ulang. Mereka menyebut hal ini sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan.
Dari sisi perusahaan, biaya langganan yang dikenakan ke konsumen sudah diperhitungkan untuk tetap menciptakan margin keuntungan. Artinya, meskipun risiko operasional ditanggung perusahaan, model bisnis ini dianggap masih stabil secara finansial.