Penyebab Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Terungkap: Harga Shell, BP, dan VIvo Terpantau Masih Anteng

Senin 15 Sep 2025, 21:50 WIB
Cek harga BBM terbaru September 2025! Pertamax tetap Rp12.200, Pertalite Rp10.000. Simak analisis ESDM soal penyebab kelangkaan BBM di SPBU Shell, BP, dan Vivo serta langkah pemerintah mengatasinya. (Sumber: X/@Giladiskon)

Cek harga BBM terbaru September 2025! Pertamax tetap Rp12.200, Pertalite Rp10.000. Simak analisis ESDM soal penyebab kelangkaan BBM di SPBU Shell, BP, dan Vivo serta langkah pemerintah mengatasinya. (Sumber: X/@Giladiskon)

POSKOTA.CO.ID - Di tengah gejolak kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang melanda sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, harga BBM di gerai utama justru menunjukkan kondisi yang stabil.

Pekan ketiga September ini, konsumen masih dapat menemukan kepastian harga di SPBU milik Pertamina, Shell, BP, dan Vivo.

Seperti dilaporkan oleh Antara, fenomena ini menarik untuk diamati. Di satu sisi, antrean dan stok kosong menghantui banyak SPBU swasta, sementara di sisi lain, harga-harga di pemain utama justru "anteng" atau tidak berubah.

Baca Juga: Stok BBM Swasta Masih Tak Menentu: Shell dan BP Bergulat dengan Kelangkaan Bensin di Awal September

Harga yang Bertahan di SPBU Utama

Pemantauan pada Senin, 15 September menunjukkan, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax di SPBU Pertamina Jakarta masih bertahan di level Rp12.200 per liter sejak Agustus lalu. Berikut adalah rincian lengkapnya:

  • Pertalite: Rp10.000 per liter
  • Solar Subsidi: Rp6.800 per liter
  • Pertamax: Rp12.200 per liter
  • Pertamax Turbo: Rp13.100 per liter
  • Pertamax Green: Rp13.000 per liter
  • Dexlite: Rp13.600 per liter
  • Pertamina Dex: Rp13.850 per liter

Kondisi serupa terjadi pada SPBU swasta besar. Shell mempertahankan harga sejak pekan pertama September, dengan Shell Super di Rp12.580 per liter. Begitu pula dengan BP dan Vivo yang tidak melakukan perubahan harga sejak awal bulan bahkan awal Agustus untuk Vivo.

Shell

  • Super: Rp12.580 per liter
  • V-Power: Rp13.140 per liter
  • V-Power Diesel: Rp14.130
  • V-Power Nitro+: Rp13.300 per liter.

BP

  • BP Ultimate: Rp13.120 per liter
  • BP 92: Rp12.610 per liter
  • BP Ultimate Diesel: Rp14.140 per liter.

Vivo

  • Revvo 90: Rp12.530 per liter
  • Revvo 92: Rp12.610 per liter
  • Revvo 95: Rp13.140 per liter
  • Diesel Primus Plus: Rp14.140 per liter.

Baca Juga: BBM Shell dan BP Kenapa Kosong di SPBU? Konsumen Ramai Mengeluh di Medsos

Mengungkap Akar Masalah Kelangkaan di SPBU Swasta

Lantas, apa yang menyebabkan ketidakseimbangan antara stabilitas harga di beberapa perusahaan dengan kelangkaan di SPBU swasta lainnya? Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengungkapkan penyebabnya.

Direktur Jenderal Migas, Laode Sulaeman, menjelaskan bahwa kelangkaan ini terjadi akibat peralihan massal konsumen BBM subsidi ke BBM nonsubsidi.

"Itu kan dinamika yang terjadi kan memang ada shifting ya yang tadinya banyak pengguna RON 90 ada shifting ke RON yang lain. Sebenarnya ini dinamika konsumsi saja," ujar Laode usai rapat koordinasi dengan para badan usaha penyedia BBM pada Selasa, 9 September.

Peralihan ini, seperti yang pernah dijelaskan Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, mencapai volume yang sangat signifikan, yaitu sekitar 1,4 juta kiloliter.

Pemicu utamanya adalah kebijakan penerapan QR Code untuk pembelian BBM bersubsidi. Banyak pemilik kendaraan dengan kapasitas mesin (CC) di atas ketentuan yang akhirnya tidak bisa lagi membeli Pertalite dan beralih ke BBM nonsubsidi yang banyak disediakan oleh SPBU swasta.

"Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi," kata Yuliot.

Baca Juga: Daftar SPBU Shell di Jakarta yang Masih Tersedia Stok BBM

Langkah Strategis Pemerintah

Untuk mengatasi kesenjangan pasokan ini, pemerintah mengambil langkah dengan memfasilitasi proses sinkronisasi. Intinya, badan usaha swasta didorong untuk membeli stok BBM dari Pertamina guna memenuhi kekosongan yang terjadi.

"Tadi setelah rapat, nanti akan disusul dengan surat dari saya menyampaikan untuk istilahnya sinkronisasi karena disana ada sinkronisasi volume dan ada sinkronisasi spesifikasi. Spesifikasi tadi sudah saya bacakan," jelas Laode.

Kebijakan ini diharapkan dapat segera mengisi kekosongan stok di SPBU swasta dan mengembalikan stabilitas pasokan BBM nonsubsidi ke seluruh jaringan, sehingga konsumen tidak lagi mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan mereka.


Berita Terkait


News Update