POSKOTA.CO.ID - Di tengah gejolak kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang melanda sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, harga BBM di gerai utama justru menunjukkan kondisi yang stabil.
Pekan ketiga September ini, konsumen masih dapat menemukan kepastian harga di SPBU milik Pertamina, Shell, BP, dan Vivo.
Seperti dilaporkan oleh Antara, fenomena ini menarik untuk diamati. Di satu sisi, antrean dan stok kosong menghantui banyak SPBU swasta, sementara di sisi lain, harga-harga di pemain utama justru "anteng" atau tidak berubah.
Baca Juga: Stok BBM Swasta Masih Tak Menentu: Shell dan BP Bergulat dengan Kelangkaan Bensin di Awal September
Harga yang Bertahan di SPBU Utama
Pemantauan pada Senin, 15 September menunjukkan, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax di SPBU Pertamina Jakarta masih bertahan di level Rp12.200 per liter sejak Agustus lalu. Berikut adalah rincian lengkapnya:
- Pertalite: Rp10.000 per liter
- Solar Subsidi: Rp6.800 per liter
- Pertamax: Rp12.200 per liter
- Pertamax Turbo: Rp13.100 per liter
- Pertamax Green: Rp13.000 per liter
- Dexlite: Rp13.600 per liter
- Pertamina Dex: Rp13.850 per liter
Kondisi serupa terjadi pada SPBU swasta besar. Shell mempertahankan harga sejak pekan pertama September, dengan Shell Super di Rp12.580 per liter. Begitu pula dengan BP dan Vivo yang tidak melakukan perubahan harga sejak awal bulan bahkan awal Agustus untuk Vivo.
Shell
- Super: Rp12.580 per liter
- V-Power: Rp13.140 per liter
- V-Power Diesel: Rp14.130
- V-Power Nitro+: Rp13.300 per liter.
BP
- BP Ultimate: Rp13.120 per liter
- BP 92: Rp12.610 per liter
- BP Ultimate Diesel: Rp14.140 per liter.
Vivo
- Revvo 90: Rp12.530 per liter
- Revvo 92: Rp12.610 per liter
- Revvo 95: Rp13.140 per liter
- Diesel Primus Plus: Rp14.140 per liter.
Baca Juga: BBM Shell dan BP Kenapa Kosong di SPBU? Konsumen Ramai Mengeluh di Medsos
Mengungkap Akar Masalah Kelangkaan di SPBU Swasta
Lantas, apa yang menyebabkan ketidakseimbangan antara stabilitas harga di beberapa perusahaan dengan kelangkaan di SPBU swasta lainnya? Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengungkapkan penyebabnya.