Namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak lahan sawah beralih fungsi menjadi villa, hotel, hingga kawasan perumahan.
Perubahan fungsi lahan ini membuat spons alami yang biasanya menyerap air hujan hilang, sehingga limpasan air tidak lagi terkendali. Situasi inilah yang memperbesar risiko banjir meski intensitas hujan tidak ekstrem.
Sampah dan Infrastruktur Jadi Faktor Penguat
Selain tata ruang, Nana juga menyoroti masalah sampah. Tumpukan sampah yang menghambat saluran air membuat sungai lebih mudah meluap.
Kondisi ini diperparah dengan infrastruktur drainase yang dinilai belum memadai menghadapi tingginya volume air.
Banjir besar Bali tahun ini pun menjadi alarm bahwa pemerintah daerah perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari penataan kawasan, pengelolaan sampah, hingga penguatan infrastruktur.
Kasus banjir di Bali tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga mengundang sorotan nasional.
Pulau Dewata merupakan destinasi wisata dunia yang keberlanjutan lingkungannya seharusnya dijaga ketat.
Pembangunan pariwisata memang mendatangkan keuntungan ekonomi besar, tetapi tanpa pengendalian tata ruang dan regulasi ketat, risiko ekologis seperti banjir akan semakin sering terjadi.