Bali Dilanda Banjir Besar, Nana Mirdad Soroti Kegagalan Tata Kota dan Lingkungan

Kamis 11 Sep 2025, 15:15 WIB
Nana Mirdad soroti tata kelola lingkungan usai Bali dihantam banjir bandang. (Sumber: Instagram)

Nana Mirdad soroti tata kelola lingkungan usai Bali dihantam banjir bandang. (Sumber: Instagram)

POSKOTA.CO.ID - Banjir bandang yang terjadi di Bali dalam beberapa waktu terakhir membuat aktivitas warga terhambat, akses jalan terganggu, serta kerusakan material dialami banyak rumah dan usaha.

Peristiwa ini mengingatkan kembali pada persoalan mendasar tata ruang dan pengelolaan lingkungan yang belum sepenuhnya tertangani.

Salah satu warga terdampak adalah artis sekaligus model Nana Mirdad. Rumahnya ikut mengalami kerusakan, di mana tembok bagian luar jebol dihantam derasnya air.

Dalam unggahannya, Nana menyebutkan bahwa banjir di Bali tidak sepenuhnya dapat disebut bencana alam.

Baca Juga: Rumah Nana Mirdad di Bali Selamat dari Banjir, Namun Tembok Belakang Jebol Dihantam Arus Sungai

Menurutnya fenomena tersebut lebih erat kaitannya dengan buruknya pengelolaan lingkungan.

"Aku bukan ahli geologi, meteorologi, ataupun ahli lingkungan. Tetapi, mungkin enggak sih banjir ini ada kaitannya dengan kegagalan kita dalam mengelola sampah di Bali dan juga overdevelopment and poor infrastructure?" tulisnya.

Pernyataan itu ia sampaikan sebagai bentuk kekhawatiran, bukan sekadar menyalahkan pihak tertentu.

Nana juga membagikan ulang unggahan warga lokal yang menyebutkan banjir kali ini lebih disebabkan tata ruang kacau dan tata guna lahan yang tidak teratur.

Baca Juga: Haldy Sabri Suami Irish Bella Akhirnya Buka Suara Soal Tudingan Lavender Marriage

Sistem irigasi tradisional Bali yang dikenal dengan subak sebenarnya telah lama berfungsi sebagai kanal alami untuk mengatur aliran air.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak lahan sawah beralih fungsi menjadi villa, hotel, hingga kawasan perumahan.

Perubahan fungsi lahan ini membuat spons alami yang biasanya menyerap air hujan hilang, sehingga limpasan air tidak lagi terkendali. Situasi inilah yang memperbesar risiko banjir meski intensitas hujan tidak ekstrem.

Sampah dan Infrastruktur Jadi Faktor Penguat

Selain tata ruang, Nana juga menyoroti masalah sampah. Tumpukan sampah yang menghambat saluran air membuat sungai lebih mudah meluap.

Kondisi ini diperparah dengan infrastruktur drainase yang dinilai belum memadai menghadapi tingginya volume air.

Baca Juga: Lisa Mariana Ajukan Second Opinion Tes DNA ke Singapura, Ridwan Kamil: 'Tidak Beralasan, Cari Sensasi Saja'

Banjir besar Bali tahun ini pun menjadi alarm bahwa pemerintah daerah perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari penataan kawasan, pengelolaan sampah, hingga penguatan infrastruktur.

Kasus banjir di Bali tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga mengundang sorotan nasional.

Pulau Dewata merupakan destinasi wisata dunia yang keberlanjutan lingkungannya seharusnya dijaga ketat.

Pembangunan pariwisata memang mendatangkan keuntungan ekonomi besar, tetapi tanpa pengendalian tata ruang dan regulasi ketat, risiko ekologis seperti banjir akan semakin sering terjadi.


Berita Terkait


News Update