POSKOTA.CO.ID - Setiap orang pasti pernah merasakan masa sulit dalam hidupnya, terlebih ketika menyangkut keuangan. Situasi ekonomi global maupun domestik tidak selamanya berjalan mulus. Ada masa ketika wabah, resesi, inflasi, hingga kebijakan keuangan tertentu membuat masyarakat merasa tertekan.
Fenomena ini tidak hanya berdampak pada angka-angka makroekonomi, tetapi juga pada kondisi psikologis masyarakat. Banyak orang merasa cemas menghadapi tantangan finansial. Kecemasan itu wajar, sebab keuangan bukan hanya soal angka, melainkan juga soal rasa aman dan kendali atas hidup.
Melansir dari Instagram @noninadia seorang perencana keuangan, Nadia Harsya, menekankan bahwa di masa yang penuh ketidakpastian, kunci utama bertahan adalah kehati-hatian dalam mengelola keuangan pribadi maupun keluarga.
Pandangannya bukan sekadar teori, melainkan refleksi dari pengalaman panjang mendampingi klien menghadapi pasang surut finansial.
Baca Juga: Akses SSCASN Membingungkan Honorer, BKPSDM Depok Minta Tenang: Proses Masih Berjalan
Faktor Penyebab Kecemasan Finansial
Kecemasan keuangan tidak muncul begitu saja. Ada banyak faktor yang memicunya, antara lain:
- Dampak pandemi dan resesi. Covid-19 telah meninggalkan jejak panjang berupa PHK, penurunan daya beli, dan perubahan gaya hidup.
- Kondisi pekerjaan yang tidak stabil. PHK massal, kontrak kerja jangka pendek, serta minimnya jaminan sosial menambah ketidakpastian.
- Berita finansial yang meresahkan. Misalnya, kasus rekening dormant yang dibekukan atau tren investasi yang berisiko.
- Tekanan sosial. Budaya konsumtif, tuntutan gaya hidup, hingga fenomena pinjol (pinjaman online) dan judol (judi online) yang merajalela.
Persoalan-persoalan ini membuat banyak orang merasa tidak aman, bahkan ketika mereka masih memiliki penghasilan tetap.
Kendali Ada di Tangan Individu
Nadia mengingatkan, meski faktor eksternal tidak bisa dikendalikan, setiap individu tetap memiliki ruang kendali dalam kehidupannya. Hal-hal kecil namun konsisten bisa sangat berpengaruh terhadap stabilitas finansial.
Beberapa di antaranya adalah:
- Kualitas kerja. Menjadi pekerja yang produktif dan berintegritas meningkatkan peluang karier yang lebih stabil.
- Kebiasaan konsumsi bijak. Tidak semua keinginan harus dipenuhi. Prinsip “butuh” lebih penting daripada “ingin”.
- Komunikasi dengan pasangan. Transparansi finansial dalam rumah tangga mencegah konflik berkepanjangan.
- Memilih pertemanan sehat. Lingkungan sosial yang mendukung akan mengurangi dorongan untuk hidup konsumtif.
- Kebiasaan menabung. Meski kecil, tabungan rutin menjadi fondasi dana darurat.
- Menghindari pinjol dan judol. Dua jebakan keuangan ini seringkali memperburuk keadaan finansial.
- Belajar berinvestasi. Pengetahuan investasi menjadi bekal untuk mengembangkan aset dengan lebih aman.
Prinsip Bijak Finansial: Hidup Sesuai Kemampuan
Kehidupan modern seringkali menjerumuskan orang pada jebakan gaya hidup. Banyak orang memiliki uang, tetapi tidak punya anggaran. Akibatnya, uang habis tanpa arah dan menimbulkan kecemasan baru.
Nadia menyarankan prinsip sederhana hidup sesuai kemampuan. Tidak semua ajakan, tren, atau penawaran perlu diikuti. Memiliki uang bukan berarti memiliki kapasitas untuk membelanjakannya tanpa perhitungan.
Kunci Strategi Pengelolaan Keuangan Sehat:
- Dana darurat. Minimal 3–6 kali pengeluaran bulanan, sehingga jika ada kejadian mendadak, finansial tetap aman.
- Cash is king. Menjaga likuiditas penting untuk memanfaatkan peluang, misalnya ketika harga aset turun.
- Hindari tren investasi sesaat. Jangan mudah terbawa arus “FOMO” (fear of missing out).
- Kendalikan pengeluaran. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.