Banyak Anak Putus Sekolah karena Masalah Ekonomi, Pemprov Jakarta Diminta Lakukan Pendekatan ke Orang Tua

Selasa 19 Agu 2025, 19:07 WIB
Ilustrasi, anggota Komisi C DPRD Jakarta, Lukmanul Hakim, saat memvokasi Zaki, bocah berusia 12 tahun di Cengkareng, Jakarta Barat, yang putus sekolah, Kamis, 14 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Ilustrasi, anggota Komisi C DPRD Jakarta, Lukmanul Hakim, saat memvokasi Zaki, bocah berusia 12 tahun di Cengkareng, Jakarta Barat, yang putus sekolah, Kamis, 14 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

CENGKARENG, POSKOTA.CO.ID - Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah, meminta Pemprov Jakarta melakukan sejumlah langkah untuk menekan kasus anak putus sekolah.

Trubus mengatakan, pendidikan merupakan tombak utama dalam membantu individu mengembangkan potensi diri secara optimal dengan keberlangsungan hidup yang baik.

Pendidikan mencakup transfer pengetahuan, pelatihan keterampilan, serta penanaman nilai-nilai moral dan sosial. Namun tidak semua masyarakat dapat menempuh pendidikan layak.

Padahal kata Trubus, seharusnya pendidikan bisa diakses oleh siapa pun tanpa melihat atau memandang status sosial.

Seperti di Jakarta, masih banyak anak-anak yang ternyata putus sekolah karena berbagai faktor. Ekonomi menjadi akar dari masalah dari pendidikan yang tidak bisa merata.

Baca Juga: DPRD Provinsi DKI Jakarta Cari Solusi Atasi Anak Putus Sekolah

Trubus mengatakan, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Jakarta yaitu terkait kesejahteraan masyarakatnya.

Jika ekonomi masyarakat masih lemah, maka pendidikan bagi anak-anak juga terbatas. Sebab tidak bisa dipungkiri, ekonomi menjadi salah satu masalah besar orang tua dalam menyekolahkan anak.

Yang disoroti dari kasus ini yaitu bagaimana membuka kesadaran orang tua bahwa pendidikan untuk anak-anak mereka sangat penting.

Sebab, berdasarkan fakta yang terjadi, ternyata ada juga orang tua yang memang enggan menyekolahkan anak mereka dengan alasan ekonomi dan harus membantu mencari uang.

Bahkan, karena sudah terbiasa mencari uang untuk kebutuhan keluarga, si anak akhirnya juga enggan menempuh pendidikan tinggi.


Berita Terkait


News Update