Produk yang dijual harus melalui proses riset, termasuk memeriksa tren, rating minimal 4,5, dan penjualan tinggi.
Menggunakan sendiri produk tersebut sebelum merekomendasikannya akan membuat ulasan terasa autentik dan lebih meyakinkan bagi penonton.
4. Mengemas Konten dengan Storytelling
Konten yang mengisahkan pengalaman pribadi atau masalah yang dipecahkan oleh produk akan lebih menarik dibanding promosi langsung.
Misalnya menceritakan perubahan positif setelah menggunakan produk selama beberapa minggu, kemudian menutup cerita dengan CTA yang halus.
Baca Juga: Harga Emas Antam Rabu, 13 Agustus 2025 Turun Rp7.000, Cek Harga Terbarunya
5. Menggunakan Teknik Soft Selling
Pendekatan hard selling sering membuat penonton meninggalkan video. Sebaliknya, soft selling melalui edukasi, tutorial, atau hiburan yang menyisipkan produk sebagai bagian dari solusi akan lebih efektif.
Contoh, dalam video tips makeup, produk afiliasi disebut sebagai rekomendasi tanpa kesan memaksa.
6. Konsistensi Unggah Konten
Algoritma TikTok mengutamakan akun yang aktif. Mengunggah minimal satu video per hari dapat meningkatkan peluang tampil di halaman For You Page (FYP).
Jika video awal belum mendapat banyak perhatian, tetap lanjutkan karena pertumbuhan audiens membutuhkan waktu.
7. Memanfaatkan Data Analitik
Fitur analitik TikTok memberikan wawasan berharga tentang performa konten, jam tayang terbaik, dan jenis video yang paling diminati.
Data ini membantu kreator menyesuaikan strategi untuk hasil lebih optimal. Misalnya, jika konten tutorial lebih diminati dibanding unboxing, maka fokuskan produksi pada format tersebut.