Namun, ketiadaan informasi ini tidak menyurutkan gelombang dukungan moral yang terus berdatangan untuk keluarga almarhum. Ini menunjukkan bahwa dukungan moral tidak selalu membutuhkan penjelasan, melainkan hadir dari rasa simpati yang tulus.
Fenomena seperti ini membuka ruang kontemplasi yang lebih luas: Mengapa kita bisa merasakan kehilangan terhadap orang yang belum kita kenal secara langsung?
Psikolog sosial menyebut ini sebagai parasocial grieving — ketika seseorang membentuk keterikatan emosional dengan figur publik atau sosok daring melalui interaksi digital. Di era media sosial, hubungan ini semakin nyata. Komentar, video, dan kehadiran rutin di platform seperti TikTok menciptakan ikatan batin yang tak kasat mata.
Dito Prasetyo mungkin bukan selebritas arus utama, tetapi keberadaannya di ruang digital mampu menorehkan pengaruh emosional dan eksistensial yang kuat. Dalam hal ini, media sosial bukan hanya tempat berbagi konten, tapi juga ruang berbagi perasaan, termasuk kesedihan.
Doa dan Empati: Nilai-Nilai Lama yang Hidup Kembali
Meninggalnya Dito juga menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan seperti doa, belasungkawa, dan empati tetap hidup dalam budaya digital. Ungkapan "semoga husnul khotimah" yang mendominasi komentar memperlihatkan bahwa netizen Indonesia masih memegang erat nilai-nilai spiritual dalam merespons kematian.
Doa-doa tersebut bukan hanya bentuk ritual verbal, tetapi juga cara netizen menunjukkan solidaritas spiritual yang mengikat sesama manusia dalam pengalaman universal bernama "kehilangan".
Bagaimana dengan Keluarga yang Ditinggalkan?
Meski sebagian besar perhatian tertuju pada sosok almarhum, banyak warganet juga menaruh empati kepada keluarga yang ditinggalkan — istri dan anak Dito Prasetyo. Dalam beberapa komentar, netizen menanyakan kabar dan kondisi mereka, sekaligus mendoakan agar diberikan ketabahan.
“Semoga istri dan anaknya diberi kekuatan, dikuatkan hatinya, dan diberi jalan rezeki yang luas,” tulis salah satu netizen.
Di sinilah letak keindahan simpati digital: dukungan moral dapat hadir secara kolektif, bahkan dari orang-orang yang tak saling mengenal secara langsung.
Baca Juga: Penerima Bantuan PIP 2025 Bisa Hangus! Begini Cara Cek dan Perpanjangnya Secara Online
Refleksi: Saat Kehilangan Mengajar Kita tentang Arti Kehadiran
Duka atas kepergian Dito Prasetyo menjadi cermin bagi kita semua: kehadiran seseorang, bahkan dalam bentuk digital, mampu memberikan pengaruh besar terhadap orang lain. Ia menunjukkan bahwa di balik layar ponsel dan unggahan singkat, ada manusia dengan kehidupan, cinta, perjuangan, dan koneksi emosional yang nyata.
Semoga kepergian Dito menjadi pengingat bagi kita untuk lebih menghargai waktu, lebih tulus dalam menjalin hubungan, dan lebih terbuka dalam menyampaikan rasa peduli tak hanya ketika seseorang telah tiada.