NEGLASARI, POSKOTA.CO.ID - Di tengah derasnya arus modernisasi, eretan kayu masih menjadi transportasi andalan warga Kampung Kelor, Pondok Kelor dan Rawa Gempol, Kabupaten Tangerang.
Moda transportasi tradisional ini melayani penyeberangan Kali Cisadane dari wilayah Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang sejauh sekitar 50 meter dalam waktu lima menit.
Eretan yang terbuat dari kayu sepanjang hampir 4 meter ini ditutupi terpal biru dan mampu menampung hingga 20 kendaraan bermotor. Perahu bisa berjalan dengan menarik tali nilon di kedua sisi sungai.
"Kalau cuma satu penumpang pun tetap jalan," kata Taufiq, 45 tahun, petugas eretan yang sudah dua tahun menjaga jalur penyeberangan tersebut, Minggu, 27 Juli 2025.
Baca Juga: 15 Tahun Mengapung, Eretan di Kali Cisadane Jadi Napas Warga Pinggiran Tangerang
Taufiq menjelaskan, sistem kerja dijalankan tiga kelompok, masing-masing terdiri dari tiga orang, dengan jam operasional mulai pukul 05.00 hingga 22.00 WIB secara bergantian.
Eretan ini disebut telah beroperasi sejak sekitar 15 tahun lalu dan menjadi milik seorang pemilik lokal yang disebut “bos”.
Tarif yang dikenakan sebesar Rp2.000 untuk pejalan kaki dan Rp3.000 untuk sepeda motor. Dalam sehari, Taufiq menyebut pendapatan bisa mencapai Rp500.000, tergantung jumlah penumpang.
“Sekitar 500 ribu lah, kalau rame bisa lebih kalau sepi bisa enggak sampai 500. Kalau malam, dari jam tujuh itu biasanya sepi. Jadi hasilnya buat yang jaga aja, enggak dibagi ke bos,” ujarnya.
Baca Juga: 228 Personel Sisir Titik Rawan Kriminal di Tangerang
Menurutnya, penumpang cenderung berkurang saat libur sekolah atau waktu malam, karena alasan keamanan.