Di ruang itu, strategi tidak berhenti sebagai wacana, tapi harus menjelma menjadi langkah konkret di lapangan. Dan itu kian tampak seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Bersama Innovillage, Mahasiswa Hadirkan Inovasi Alternatif Pencegahan Stunting
Berbagai kolaborasi juga telah dijalankan Pemkot Tangerang, mulai dari distribusi sembako bersama Baznas, pemberian makanan sehat untuk balita, penguatan pos gizi, hingga program CSR inovatif seperti “Satu Telur Satu Minggu (Sate Sami)” dan “Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting)”.
Tak hanya soal bantuan, tetapi soal perhatian. Soal bagaimana satu telur bisa menjadi simbol harapan, dan satu pelukan dari kader kesehatan bisa menjadi kekuatan bagi ibu-ibu yang berjuang menyuapi anaknya setiap hari.
Pendekatan humanis, komunikatif, dan aktif nyatanya menjadi kunci yang ditanamkan dalam strategi besar ini.
Kini, gerakan melawan stunting di Kota Tangerang bukan lagi milik Dinas Kesehatan semata. Karena kini mampu menggerakan semua orang.
Dari ruang rapat di Puspemkot Tangerang hingga lorong-lorong rumah warga, semangat kiranya dapat terus hidup.
Hingga menyatakan bahwa anak-anak Kota Tangerang berhak tumbuh sehat, cerdas, dan kuat. Dan itulah pertarungan yang tak boleh kalah. (CR-1)