"Mungkin usia perempuan usia 19 sampai 25 mungkin itu dimana lagi subur, jadi mungkin peluang untuk mendapatkan anak lebig besar. Tapi kalau saya pribadi enggak gtu karena menurut saya anak itu adalah rejeki," katanya.
Terpisah, Ibrahim, 25 tahun, tidak akan memutuskan nikah hingga kemampuan finansial tercukupi. Jika belum cukup, ia tidak akan memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
"Kalau saya mikirnya gini, kalau buat diri saya sendiri aja kadang masih susah masa saya mau nikahin anak orang? Kecuali kalau finansial saya udah baik," ujar pria yang bekerja di salah satu stasiun TV itu.
Baca Juga: 2 Juta Gen Z di Jakarta Belum Menikah, Mayoritas Laki-Laki
Menurut dia, usia produktif pria mulai 19 sampai 25 tahun adalah momentum untuk menggapai mimpi. Namun ia menyebut, tidak semua ekspetasi orang berjalan dengan mulus.
"Ada yang mungkin di usia 23 tahun udah sukses, ada juga yang masih mencari jati diri, ada juga yang mungkin lagi berjuang menuju finansial freedom kayak saya sekarang," katanya.
Pandangan berbeda datang dari pekerja swasta, Laode Akbar, 24 tahun. Ia memilih fokus mencari pengalaman dan meniti karier.
Dalam perjalanan menggapai mimpi, ia juga sambil mencari pujaan hati yang bersedia untuk dipinang.
Baca Juga: Gugur saat Amankan Pernikahan, Bripka Cecep Dianugerahi Kenaikan Pangkat
"Sambil berjalan aja kalau untuk nyari jodoh, soalnya saya juga lagi sibuk kerja," tuturnya.
Ia pun menargetkan nikah pada umur 30 tahun.
"Kalau target sih ada, ya sebelum usia 30 kalau bisa udah nikah. Biar tar anak udah gede, kita juga masih kelihatan muda kan," ucap dia.