POSKOTA.CO.ID - Di era modern, kompetisi finansial tidak hanya soal bekerja keras, tetapi juga bagaimana seseorang memahami permainan kapitalisme.
Entrepreneur sekaligus content creator finansial, Timothy Ronald, membagikan pandangannya mengenai beberapa level dalam “game kapitalisme”.
Ia menyebut, setiap orang berada di salah satu dari lima tangga ini, mulai dari level terendah hingga level tertinggi.
Konsep ini tidak hanya relevan untuk mereka yang ingin meningkatkan penghasilan, tetapi juga penting sebagai peta jalan menuju kemandirian finansial.
Menurut Timothy, memahami posisi diri di tangga kapitalisme dapat membantu seseorang menyusun strategi untuk naik ke level berikutnya.
Untuk itu, simak tangga kapitalisme ala Timothy Ronald, lengkap dengan karakteristik masing-masing level dan risiko yang dihadapi.
Baca Juga: Apa Makna Break a Leg yang Ditulis Timothy Ronald? Viral Hubungannya dengan Agatha Chelsea
Level Manusia di Tangga Kapitalisme
Seperti dikutip dari kanal YouTube Timothy Ronald, berikut adalah hierarki yang membedakan level finansial seseorang.
Level 1: Pekerja
Level pertama adalah pekerja, yaitu mereka yang “menjual waktu” untuk mendapatkan penghasilan.
Pekerja level ini biasanya terjebak dalam rutinitas yang monoton, di mana pendapatan sangat bergantung pada jumlah jam kerja yang diberikan.
Contoh pekerja level 1 adalah karyawan pabrik, admin, kasir supermarket, office boy, hingga buruh linting rokok.
Mereka berada di garis depan risiko ketika terjadi krisis ekonomi, seperti PHK massal atau pandemi COVID-19, di mana pendapatan bisa hilang seketika.
Kelompok ini juga rentan terhadap inflasi dan gelombang krisis keuangan global.
Satu surat peringatan dari perusahaan (SP1, SP2, SP3) dapat membuat hidup mereka goyah.
Revolusi digital semakin memperparah situasi karena pekerjaan mereka mudah digantikan oleh mesin dan teknologi.
Level 2: Pekerja
Beranjak dari level 1, kita memasuki pekerja terampil. Pada tahap ini, seseorang memiliki skill atau kemampuan khusus yang memberikan nilai lebih bagi pasar.
Meski tetap menukar waktu untuk uang, pekerjaan ini dihargai lebih tinggi.
Contoh pekerja terampil termasuk freelancer, desainer grafis, konsultan, hingga programmer.
Mereka punya peluang naik ke posisi strategis, seperti menjadi manajer, kepala cabang, hingga direksi perusahaan.
Pendapatan pekerja terampil juga jauh lebih bervariasi, mulai dari Rp10 juta per bulan hingga ratusan juta, bahkan miliaran, tergantung pada skill dan industrinya.
Dua industri utama yang paling menjanjikan adalah finansial (finance) dan teknologi/engineering.
Di sektor ini, pekerja terampil bisa meraih gaji tinggi bahkan sejak level intern.
Namun, pekerjaan di level 2 tetap menuntut jam kerja panjang dan ketergantungan pada klien atau perusahaan pemberi kerja.
Baca Juga: Timothy Ronald Ungkap Mindset Seorang Pecundang, Simak Selengkapnya
Level 3: Pengusaha
Memasuki level pengusaha, seseorang tidak lagi menjual waktu, melainkan membangun sistem yang menghasilkan uang.
Di tahap ini, mereka mulai memahami konsep leverage, yaitu memanfaatkan modal, karyawan, dan teknologi untuk memperbesar keuntungan.
Seorang pengusaha tidak hanya memahami produknya, tetapi juga harus menguasai berbagai aspek bisnis, mulai dari marketing, sales, operasional, keuangan, hingga manajemen SDM.
Mereka bertanggung jawab merekrut talenta terbaik dan memastikan perusahaan berjalan dengan efisien.
Risiko di level ini sangat besar karena peluang bangkrut selalu ada, tetapi potensi keuntungannya pun jauh lebih tinggi.
Ada pengusaha yang hanya meraup Rp5 juta per bulan, namun ada pula yang meraih omzet Rp20 miliar per bulan.
Level 4: Investor
Jika pengusaha menciptakan sistem, maka investor adalah pemilik sistem. Uang mereka tetap bekerja bahkan ketika mereka tidur.
Mereka tidak perlu terlibat langsung dalam operasional bisnis, melainkan mengandalkan aset dan modal yang mereka tanamkan untuk menghasilkan pendapatan pasif.
Seorang investor menguasai seni valuasi dan manajemen risiko, memahami bisnis mana yang layak dibeli, serta mampu menilai kinerja CEO atau manajemen perusahaan.
Contoh nyata adalah keluarga konglomerat seperti Salim Group atau Djarum Group, yang memulai perjalanan sebagai pengusaha.
Kemudian berkembang menjadi investor dengan kepemilikan di berbagai sektor mulai dari perbankan (BCA) hingga energi.
Level 5: Filantropis
Tahap tertinggi dalam game kapitalisme adalah filantropis. Mereka bukan hanya sekadar kaya, tetapi juga berkontribusi untuk memperbaiki dunia melalui harta yang mereka miliki.
Tokoh seperti Bill Gates mendirikan Bill and Melinda Gates Foundation, Rockefeller mendirikan Rockefeller Foundation, dan Warren Buffett mendonasikan 99 persen kekayaannya untuk kepentingan publik.
Seperti yang dikatakan Andrew Carnegie dalam bukunya The Gospel of Wealth, "Fungsi utama menjadi kaya adalah untuk membagikan kekayaan itu demi memperbaiki masyarakat".
Filantropis memandang kekayaan bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menciptakan dampak sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Naik dari satu level ke level berikutnya mungkin sulit, tetapi itulah jalan menuju kebebasan finansial dan dampak yang lebih besar bagi dunia seperti dikatakan Timothy Ronald.
Disclaimer: Konten ini tidak dimaksudkan sebagai nasihat keuangan mutlak, melainkan sebagai bahan edukasi dan inspirasi bagi pembaca yang ingin memahami strategi bertumbuh dalam dunia kapitalisme.