Mereka berada di garis depan risiko ketika terjadi krisis ekonomi, seperti PHK massal atau pandemi COVID-19, di mana pendapatan bisa hilang seketika.
Kelompok ini juga rentan terhadap inflasi dan gelombang krisis keuangan global.
Satu surat peringatan dari perusahaan (SP1, SP2, SP3) dapat membuat hidup mereka goyah.
Revolusi digital semakin memperparah situasi karena pekerjaan mereka mudah digantikan oleh mesin dan teknologi.
Level 2: Pekerja
Beranjak dari level 1, kita memasuki pekerja terampil. Pada tahap ini, seseorang memiliki skill atau kemampuan khusus yang memberikan nilai lebih bagi pasar.
Meski tetap menukar waktu untuk uang, pekerjaan ini dihargai lebih tinggi.
Contoh pekerja terampil termasuk freelancer, desainer grafis, konsultan, hingga programmer.
Mereka punya peluang naik ke posisi strategis, seperti menjadi manajer, kepala cabang, hingga direksi perusahaan.
Pendapatan pekerja terampil juga jauh lebih bervariasi, mulai dari Rp10 juta per bulan hingga ratusan juta, bahkan miliaran, tergantung pada skill dan industrinya.
Dua industri utama yang paling menjanjikan adalah finansial (finance) dan teknologi/engineering.
Di sektor ini, pekerja terampil bisa meraih gaji tinggi bahkan sejak level intern.
Namun, pekerjaan di level 2 tetap menuntut jam kerja panjang dan ketergantungan pada klien atau perusahaan pemberi kerja.