Kampung Darling, Inisiatif Hijau Warga Tangerang yang Lahir dari Sampah

Jumat 18 Jul 2025, 14:12 WIB
Kampung Darling yang terletak di Jalan Janur Hijau, Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang. (Sumber: Poskota/Primayanti Juli Kumala Manalu)

Kampung Darling yang terletak di Jalan Janur Hijau, Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang. (Sumber: Poskota/Primayanti Juli Kumala Manalu)

CILEDUG, POSKOTA.CO.ID – Di Jalan Janur Kuning, Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, berdiri Kampung Darling.

Terletak di gang sempit yang hanya cukup dilewati satu sepeda motor, kampung ini menjelma menjadi kawasan asri dan bersih yang menginspirasi.

Kampung Darling adalah kampung tematik berbasis lingkungan yang lahir dari pengelolaan sampah.

Udara segar menyambut setiap langkah. Pohon-pohon rindang tumbuh di sepanjang jalan setapak, bunga warna-warni menghiasi rumah-rumah warga.

Tak ada sampah, tak ada bau menyengat — suasana hijau jadi identitas kampung ini.

Baca Juga: Bank Sampah di Wilayah Nyempil Ini Hasilkan Rp2,5 Juta per Pekan

Perubahan ini dimulai pada 2019, saat Pemkot Tangerang menggelar sosialisasi Kampung Tematik. Salah satu sesi menghadirkan Bambang Irianto dari Kampung Triji, Malang.

“Beliau berbicara dengan sangat nyata. Hati saya langsung tergerak untuk menciptakan keindahan seperti dia,” ujar Edi, Ketua RT 04/RW 11, Jumat, 18 Juli 2025.

Dari situ, lahirlah Kampung Tematik Darling pada 16 Juni 2019. Setahun kemudian, pada 20 Februari 2020, Bank Sampah Darling resmi berdiri.

“Setiap rumah menghasilkan sampah, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Kita dorong masyarakat, kita ajak bahwa sampah sekecil apapun ada harganya,” kata Edi.

Kampung Darling terletak di Jalan Janur Kuning, Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang yang berhasil menghadirkan Bank Sampah inspiratif menjadi kebanggaan masyarakat pada Jumat, 18 Juli 2025. (Sumber: Poskota/Primayanti Juli Kumala Manalu)

Warga tak sekadar menjual sampah. Minyak jelantah diolah jadi sabun cuci, kulit buah difermentasi jadi eco-enzyme, dan kulit nanas diolah menjadi minuman probiotik.

Aroma daun mint dan serai menyatu dengan udara pagi yang bersih, menciptakan ketenangan yang langka di tengah kota.

Bank Sampah Darling kini punya 260 nasabah aktif. Penimbangan dilakukan tiap Minggu, pukul 08.00–12.00 WIB. Warga membawa sampah non-organik seperti botol plastik, kardus, logam, dan aluminium bekas — semua ditimbang hingga ke ons dan gram.

Hasil penjualan dibagi: 70 persen untuk nasabah, 30 persen untuk pengelolaan dan pengembangan. Dana ini juga dipakai untuk program sosial seperti Rumahku Merdeka Sampah, Ramadan Suci Berbagi, dan Berbagi Kasih untuk Ibu.

“Merubah mindset itu jauh lebih sulit daripada memilah sampah. Tapi saya mulai dari mereka yang mau dulu. Ketika mereka merasakan manfaatnya, mereka yang akhirnya menyebarkannya ke yang lain,” jelas Edi.

Kini, bukan hanya warga sekitar yang terlibat. PLN, PT Pegadaian, hingga masyarakat luar kota turut menitipkan sampahnya ke Bank Sampah Darling.

Baca Juga: DLH DKI Berikan Penghargaan kepada Bank Sampah Pulau Kelapa Kepulauan Seribu

“Tanpa proposal atau permintaan khusus, sepenuhnya hanya melalui unggahan media sosial, semangat dan karya warga Kampung,” ujar Edi.

Kampung Darling meraih banyak penghargaan, termasuk lima besar bank sampah terbaik nasional versi KLHK tahun 2023. Mereka juga tergabung dalam jaringan Bank Sampah Komunitas Astra dan dua kali berturut-turut mendapat predikat terbaik.

Namun bagi Edi, itu semua bukan tujuan utama.

“Yang terpenting adalah kebermanfaatan. Sampah yang tadinya hanya jadi masalah, sekarang bisa jadi sumber kesejahteraan,” katanya.

Dari gang kecil yang dulu biasa, Kampung Darling kini jadi simbol perubahan. Bukti bahwa dari tumpukan sampah, bisa tumbuh harapan besar. (cr-1)


Berita Terkait


News Update