Kisah Joseph Stalin: Anak Tukang Sepatu yang Menjadi Penguasa Setengah Dunia

Minggu 06 Jul 2025, 13:33 WIB
Kisah Joseph Stalin, salah satu tokoh paling dikenal di dunia karena kekejamannya. (Sumber: YouTube/Kilas Tokoh)

Kisah Joseph Stalin, salah satu tokoh paling dikenal di dunia karena kekejamannya. (Sumber: YouTube/Kilas Tokoh)

POSKOTA.CO.ID - Nama aslinya adalah Ioseb Besarionis dze Jughashvili, lahir pada tahun 1878 di kota kecil Gori, Georgia, yang kala itu masih menjadi bagian Kekaisaran Rusia.

Ayahnya adalah tukang sepatu pemabuk yang sering memukuli keluarga, sementara ibunya seorang penjahit yang religius dan berharap anaknya menjadi pendeta.

Sejak muda, Stalin masuk sekolah teologi dan mengenakan jubah gereja. Namun, di balik itu, ia diam-diam membaca buku-buku terlarang karya Karl Marx dan Lenin.

Perlahan jalan hidupnya berubah. Ia keluar dari pendidikan agama dan terjun ke gerakan revolusioner bawah tanah.

Baca Juga: 4 Juli Diperingati sebagai Hari Pembebasan Rwanda, Begini Sejarahnya

Strategi Sunyi dan Jaringan yang Membeku

Stalin tidak dikenal sebagai pemimpin kharismatik atau orator ulung. Namun, ia memiliki kelebihan: kesabaran, kelicikan, dan kemampuan membangun jaringan politik yang loyal.

Berulang kali dipenjara dan diasingkan ke Siberia, ia tetap gigih menulis propaganda, merancang perampokan untuk mendanai perjuangan, dan menyingkirkan lawan-lawan internalnya.

Saat Lenin memimpin Revolusi Bolshevik, Stalin sudah berada di lingkaran dalam. Ia tidak menonjol di hadapan publik, tetapi rajin mencatat dan mengatur di balik layar.

Strateginya adalah mengendalikan arus informasi, mengatur promosi kader, serta membangun jaringan pendukung di seluruh tubuh partai.

Baca Juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia Diperingati Tiap 5 Juli, Berikut Sejarahnya

Menggeser Trotsky: Langkah Menuju Takhta

Pada tahun 1924, Lenin wafat. Uni Soviet memerlukan pemimpin baru, dan nama Leon Trotsky mencuat sebagai penerus alami.

Trotsky adalah jenderal revolusi dan orator brilian. Namun ada satu kesalahan fatal, ia meremehkan Stalin.

Sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, Stalin terlihat memegang jabatan administratif saja. Nyatanya, jabatan inilah yang membuatnya mampu menentukan siapa yang naik atau turun di dalam partai.

Perlahan ia menyebarkan surat-surat Lenin yang menjelekkan Trotsky, membentuk aliansi dengan musuh Trotsky, lalu memecah aliansi itu saat waktunya tepat. Pada 1929, Trotsky diasingkan ke luar negeri. Stalin menjadi penguasa tunggal Uni Soviet.

Baca Juga: Elon Musk Dirikan Partai Politik Baru untuk Lawan Kebijakan Donald Trump: America Party

Teror yang Tak Bersorak

Stalin berbeda dari pemimpin diktator lain yang suka berpidato membakar massa. Ia memerintah dalam senyap, tetapi membekukan jutaan nyawa.

Pada 1930-an, ia melancarkan "Pembersihan Besar." Jutaan orang dari petani biasa hingga jenderal, ilmuwan, dan sahabat revolusi ditangkap tanpa pengadilan. Banyak yang dieksekusi atau dikirim ke Gulag, kamp kerja paksa di daerah terpencil.

Gulag menjadi simbol kengerian. Orang-orang dikirim ke sana hanya karena telat datang ke kantor, salah ucap, atau difitnah.

Di kamp ini mereka disiksa, kelaparan, dan dipaksa bekerja hingga mati. Sekitar 18 juta orang pernah merasakan kengerian Gulag, jutaan di antaranya tidak pernah kembali.

Perang Dunia Kedua: Dari Diam ke Penentu Sejarah

Pada 1939, Stalin membuat perjanjian rahasia dengan Adolf Hitler, musuh ideologi komunis. Keduanya membagi wilayah Eropa Timur: Uni Soviet mendapat Polandia timur dan negara-negara Baltik.

Namun pada 1941, Hitler mengkhianati Stalin melalui operasi Barbarossa. Pasukan Nazi menyerang Uni Soviet secara brutal.

Awalnya, Stalin terdiam, bahkan tidak memberi perintah selama beberapa hari. Namun begitu ia bangkit, Uni Soviet langsung melawan habis-habisan. Puncaknya adalah Pertempuran Stalingrad, kota yang menyandang namanya sendiri. Setelah jutaan korban jiwa, Nazi berhasil dipukul mundur.

Uni Soviet keluar sebagai pemenang perang, mengambil alih Eropa Timur dan memimpin blok komunis. Dunia pun terbelah menjadi dua kutub: kapitalis di Barat dan komunis di Timur, dengan Stalin di pusatnya.

Meninggalnya Bayangan yang Menakutkan

Tahun 1953, Stalin meninggal secara mendadak. Tidak ada pesta perpisahan megah, hanya keheningan yang sarat ketakutan. Orang-orang terdekatnya bahkan takut memastikan apakah ia benar-benar telah tiada.

Setelah kematiannya, pemimpin baru Nikita Khrushchev mengungkapkan kejahatan Stalin: negara yang dibangun di atas teror dan pemujaan individu. Angka korban jauh lebih besar daripada yang diduga publik sebelumnya.

Warisan: Ketakutan dan Sentralisasi

Meskipun dikritik dan sebagian besar kebijakannya dicabut, Stalin meninggalkan warisan: sistem politik terpusat, budaya takut di dalam birokrasi, dan penulisan sejarah versi penguasa.

Uni Soviet tetap menjadi negara adidaya selama puluhan tahun setelahnya, tetapi luka sejarah yang ia tinggalkan tak pernah benar-benar sembuh.

Kisah Stalin adalah pengingat kelam bahwa satu orang dengan kendali penuh bisa mengubah nasib jutaan orang bukan hanya melalui perang, tetapi juga lewat keputusan sunyi yang mematikan.


Berita Terkait


News Update