POSKOTA.CO.ID - Nama aslinya adalah Ioseb Besarionis dze Jughashvili, lahir pada tahun 1878 di kota kecil Gori, Georgia, yang kala itu masih menjadi bagian Kekaisaran Rusia.
Ayahnya adalah tukang sepatu pemabuk yang sering memukuli keluarga, sementara ibunya seorang penjahit yang religius dan berharap anaknya menjadi pendeta.
Sejak muda, Stalin masuk sekolah teologi dan mengenakan jubah gereja. Namun, di balik itu, ia diam-diam membaca buku-buku terlarang karya Karl Marx dan Lenin.
Perlahan jalan hidupnya berubah. Ia keluar dari pendidikan agama dan terjun ke gerakan revolusioner bawah tanah.
Baca Juga: 4 Juli Diperingati sebagai Hari Pembebasan Rwanda, Begini Sejarahnya
Strategi Sunyi dan Jaringan yang Membeku
Stalin tidak dikenal sebagai pemimpin kharismatik atau orator ulung. Namun, ia memiliki kelebihan: kesabaran, kelicikan, dan kemampuan membangun jaringan politik yang loyal.
Berulang kali dipenjara dan diasingkan ke Siberia, ia tetap gigih menulis propaganda, merancang perampokan untuk mendanai perjuangan, dan menyingkirkan lawan-lawan internalnya.
Saat Lenin memimpin Revolusi Bolshevik, Stalin sudah berada di lingkaran dalam. Ia tidak menonjol di hadapan publik, tetapi rajin mencatat dan mengatur di balik layar.
Strateginya adalah mengendalikan arus informasi, mengatur promosi kader, serta membangun jaringan pendukung di seluruh tubuh partai.
Baca Juga: Hari Bulu Tangkis Sedunia Diperingati Tiap 5 Juli, Berikut Sejarahnya
Menggeser Trotsky: Langkah Menuju Takhta
Pada tahun 1924, Lenin wafat. Uni Soviet memerlukan pemimpin baru, dan nama Leon Trotsky mencuat sebagai penerus alami.