Sejarah Pasar Tanah Abang: Pusat Grosir yang Jadi Saksi Pendudukan Belanda di Indonesia

Sabtu 05 Jul 2025, 19:21 WIB
Sejarah Pasar Tanah Abang yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. (Sumber: Perumda Pasar Jaya)

Sejarah Pasar Tanah Abang yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. (Sumber: Perumda Pasar Jaya)

POSKOTA.CO.ID - Pasar Tanah Abang yang terletak di daerah Kebon Kacang, Jakarta Pusat, ternyata menyimpan begitu banyak sejarah sejak zaman kolonial.

Bukan hanya sekedar pusat grosir, Pasar Tanah Abang nyatanya adalah objek sejarah di Indonesia yang menjadi saksi pertempuran antara pasukan pribumi dengan para penjajah Belanda.

Oleh karena itu, sejarah berdirinya Pasar Tanah Abang menjadi hal penting yang perlu diketahui masyarakat, terutama warga Jakarta.

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Jakarta: Dari Sunda Kelapa hingga Kota Metropolitan

Sejarah Berdirinya Pasar Tanah Abang

Berdasarkan jurnal Tanah Abang Sebagai Cagar Budaya yang ditulis Muhammad Akmal Ashari, mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, yang mengutip buku '250 Tahun Pasar Tanah Abang', Pasar Tanah Abang disebut sebagai salah satu objek sejarah penting di Indonesia.

Nama Tanah Abang diprediksi susah muncul sejak abad ke-17 sehingga tak sedikit orang yang menduga bahwa nama itu diberikan oleh tentara Mataram yang menyerang VPC pada 1628 silam.

Tentara Mataram kemudian diketahui menggunakan Tanah Abang sebagi pangkalan perang karena saat itu konturnya masih berbukit dengan genangan rawa yang mengalir ke Kali Krukut.

Baca Juga: Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Jejak Sejarah Panjang Jakarta, Kisah Kerajaan Tarumanegara hingga Masa VOC

Karena tanah di kawasan tersebut berwarna merah atau "Abang" dalam bahasa Jawa, maka akhirnya disimpulkan lah hal tersebut sebagai asal muasal pemberian nama Tanah Abang.

Sementara itu, dalam jurnal Sejarah Pasar Tanah Abang Sebagai Pusat Grosir Terbesar di Indonesia yang ditulis Laras Tri Syukriyah, mahasiswa Fakultas Keguruan Uhamka, pasar Tanah Abang diperkirakan berdiri pada Agustus 1735.

Mulanya, Phoa Bengam menyewa lahan di kawasan Tanah Abang pada 1628 dan mengubahnya menjadi kawasan pabrik berbahan tebu, bertenagakan kerbau.

Namun, pada 1735, Justinus Vinck mengubahnya menjadi pasar yang disebut dengan pasar Tanah Abang.

Meski demikian, mulanya pasar ini bernama Pasar Sabtu karena para pedagang hanya diizinkan melakukan transaksi jual beli setiap hari Sabtu.

Baca Juga: Sejarah Jakarta: Inilah Masjid Paling Tua di Jakarta, Jadi Simbol dari Kebhinekaan Etnik

Justinus Vinck sendiri diketahui sebagai salah satu pejabat VOC yang mendirikan pusat grosir Tanah Abang usai mendapatkan izin dari Gubernur Belanda pada saat itu, Jenderal Abraham Patramini.

Pada awal dibangun, pasar Tanah Abang disebut memiliki tampilan yang sangat sederhana karena hanya beratap rumbia (daun pohon sagu) dan memiliki  dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Adapun, komoditi yang saat itu diperbolehkan dijual di pasar ini adalah barang-barang tekstil dan kelontong.

Tepat lima tahun setelah pasar ini berdiri dan menjadi tempat jual beli yang mampu membangun peradaban di sekitarnya, tiba-tiba saja terjadi kerusuhan yang dikenal dengan peristiwa 'geger pecinan'.

Ini adalah peristiwa pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa oleh VOC karena perilaku orang Tionghoa yang dianggap agresif kepada para VOC.

Akibat kerusuhan ini, pasar sempat berhenti beroperasi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, pada 1881 kegiatan perdagangan mulai kembali normal.

Apalagi, kedatangan para saudagar China dan Arab yang menetap dan menggunakan kawasan pasar ini perlahan-lahan mulai membuat pasar ini pulih kembali.

Lalu pada awal abad ke-19, pemerintah Batavia (Jakarta) merombak pasar Tanah Abang besar- besaran dan akhirnya pasar tersebut pun masih aktif beroperasi hingga sekarang.


Berita Terkait


News Update