Setelah serangan terhadap situs nuklir dan pembunuhan sejumlah pejabat tinggi militer serta ilmuwan nuklir di Iran, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut tindakan Israel sebagai “kejahatan perang”. Dalam pidatonya yang disiarkan nasional, ia memperingatkan bahwa “Israel akan menghadapi nasib yang pahit dan mengerikan”.
Sebagai respons langsung, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3, yang ditujukan secara eksplisit untuk menghukum Israel. Serangan lanjutan ini menargetkan berbagai fasilitas militer, termasuk pangkalan udara dan radar pertahanan milik Israel.
Menurut Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, serangan ini akan terus berlanjut hingga “musuh membayar ganti rugi secara penuh”. Pesan ini memperjelas bahwa Iran tidak hanya membalas secara simbolis, tetapi juga berupaya menciptakan tekanan strategis berkelanjutan kepada Israel.
Dampak Regional dan Ancaman terhadap Keamanan Global
Salah satu dampak yang paling terasa dari konflik ini adalah gangguan terhadap mobilitas udara di Timur Tengah. Sejumlah bandara utama, termasuk di Yordania, Irak, dan Lebanon, sempat menutup jalur udara mereka. Ini memicu kekhawatiran terhadap agenda internasional seperti pemulangan jemaah haji, khususnya dari negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
Kementerian Agama Indonesia bahkan mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa mereka sedang memantau situasi keamanan regional dengan ketat dan menyiapkan skenario alternatif untuk pemulangan jemaah jika rute udara terganggu akibat konflik Iran-Israel.
Baca Juga: Apa Sebenarnya Penyebab Hengki Kawilarang Meninggal Dunia? Ini Penjelasan Keponakannya
Peran Aktor Internasional dan Ancaman Perang Terbuka
Konflik yang memanas ini tidak dapat dilepaskan dari peran kekuatan global. Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan gencatan senjata dan diplomasi damai, sementara Rusia dan China mengkritik keterlibatan militer Israel yang dianggap provokatif.
Pertanyaannya kini bukan lagi sekadar siapa yang diserang atau siapa yang menyerang, tetapi apakah konflik ini akan berkembang menjadi perang terbuka penuh antara dua kekuatan militer besar di kawasan, dan apakah akan menarik kekuatan lain ke dalam konflik berskala luas.
Eskalasi antara Iran dan Israel pada Juni 2025 merupakan puncak dari serangkaian ketegangan geopolitik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Serangan saling balas antara kedua negara tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan menimbulkan efek domino terhadap pergerakan ekonomi, diplomasi, hingga mobilitas warga sipil lintas negara.
Langkah Iran yang menyerang fasilitas intelijen Israel dan sebaliknya serangan Israel ke situs nuklir Iran bukan lagi sekadar retorika kekuatan, tetapi merupakan deklarasi tidak langsung bahwa diplomasi saat ini telah menemui jalan buntu. Tanpa upaya konkret dari komunitas internasional untuk menengahi, kawasan ini berisiko menjadi titik api baru dalam geopolitik global.