Kedua, sistem limbik, bagian otak yang emosional, selalu mencari kenyamanan dan menghindari rasa sakit.
Setiap kali kamu gagal menepati janji sendiri, sistem limbik menang. Lama-kelamaan, otakmu mulai membentuk pola pikir seperti:
“Aku tidak bisa diandalkan”
“Aku tidak konsisten”
“Aku memang bukan orang yang percaya diri”
Dari sinilah keraguan terhadap diri sendiri mulai tumbuh. Awalnya hanya berupa ragu-ragu kecil, suka menunda, atau takut mencoba hal baru. Tapi lama-lama menjadi pola yang mengakar.
Baca Juga: Simak Pencegahan dan Penanganan Gangguan Kesehatan Mental dari Kemenkes
Otak Tidak Percaya Kata-Kata, tapi Tindakan
Kenapa kamu bisa percaya diri saat mengemudi, memasak, atau berbicara dalam bahasa ibu?
Karena otakmu sudah melihat bukti bahwa kamu bisa melakukan itu berulang kali. Tidak ada keraguan di situ, karena sudah terbukti.
Sebaliknya, untuk hal yang kamu belum pernah atau jarang lakukan, otakmu tidak punya data.
Maka ia mengisi kekosongan itu dengan keraguan, rasa takut, dan penundaan. Karena otak bekerja berdasarkan pola dan bukti, bukan asumsi atau harapan.
Baca Juga: Kamu Lagi Merasa Down? Merry Riana Punya Cara Jitu Pulihkan Mentalmu