Setelah meninggalkan hubungan toksik, badai emosi biasanya datang bertubi-tubi. Terkadang marah, lalu menangis, dan tiba-tiba merasa hampa. Muncul pertanyaan: “Kenapa aku merindukan seseorang yang telah menyakitiku?”
Gayathri menegaskan, “Hanya karena hubungan itu toksik, bukan berarti emosi yang kamu rasakan tidak nyata,” Kamu pernah mencintai, berharap, dan memberi segalanya. Maka rasa sakit ketika kehilangan adalah hal yang wajar.
Di tahap ini, kamu perlu mengizinkan dirimu merasakan semuanya, tanpa rasa bersalah. Menangislah, tuliskan isi pikiranmu, bicaralah pada orang yang bisa dipercaya.
Namun, jangan biarkan rasa rindu membawamu kembali padanya. Rasakan, tapi jangan memberi makan emosi itu dengan menelusuri akun mereka atau memutar ulang skenario "andaikan saja".
Baca Juga: Bahaya Emosi Amarah dan Egoisme bagi Kesehatan Mental, Begini Penjelasan Pakar
Langkah 3: Kembali Terhubung dengan Diri Sendiri
Hubungan yang merusak tidak hanya menyakiti, ia perlahan menghapus jati dirimu. Kamu berhenti melakukan hal-hal yang dulu kamu sukai, mulai meragukan diri sendiri, bahkan lupa siapa dirimu sebenarnya.
Karena itu, langkah ketiga adalah mengembalikan jati diri melalui tindakan kecil yang konsisten. Tidak perlu langsung mengubah hidup secara drastis.
Mulailah dari satu hal kecil seperti menggambar, menulis, belajar sesuatu yang baru, atau mencoba pekerjaan baru. Lakukan sesuatu yang terasa “milikmu”.
Gayathri mengatakan, “Setiap kali kamu melakukan sesuatu hanya untuk dirimu sendiri, kamu membangun kembali bagian kecil dari dirimu yang dulu sempat hilang.” Sedikit demi sedikit, kamu akan mulai merasa lebih kuat, lebih utuh, dan lebih mencintai dirimu sendiri.
Langkah 4: Sembuh untuk Diri Sendiri, Bukan untuk Membuktikan Apapun
Langkah terakhir, dan yang paling krusial, adalah memastikan bahwa proses penyembuhanmu bukanlah tentang mereka. Terkadang ada keinginan untuk menunjukkan bahwa kamu bisa bahagia tanpa mereka, atau ingin mereka menyesal telah kehilanganmu.
Namun Gayathri mengingatkan, “Kalau penyembuhanmu masih tentang mereka, maka kamu masih terjebak dalam siklus yang sama.” Kamu tetap dikendalikan oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang yang menyakitimu.