"Dan dari sisi infrastruktur sosial, saya juga mengapresiasi upaya menyelesaikan polemik di Kampung Susun Bayam. Hal-hal seperti ini menunjukkan ada upaya untuk menyelesaikan masalah lama, bukan sekadar membuat yang baru," ucap Fuadi.
Kendati demikian, Fuadi menekankan pentingnya perhatian terhadap pesantren dan komunitas pendidikan keagamaan.
Ia menyebut bahwa santri di Jakarta juga berhak mendapatkan akses yang sama terhadap program-program daerah.
"Jakarta memang kota besar, tapi di dalamnya juga tumbuh ratusan pesantren, majelis taklim, dan lembaga pendidikan Islam non formal yang sudah terbukti menjadi benteng moral dan sosial masyarakat," ujar Fuadi.
Fuadi mendorong agar program seperti KJP bisa diperluas agar bisa dinikmati oleh para santri, termasuk lewat beasiswa, pelatihan vokasi, dan bantuan operasional pesantren.
"Jangan sampai mereka luput hanya karena berada di luar sistem formal pendidikan nasional. Kita juga tahu, dalam sejarah Jakarta, pesantren selalu ikut hadir saat kota ini menghadapi krisis baik sosial, moral, bahkan saat pandemi," kata Fuadi.
"Maka perhatian terhadap pesantren bukan semata soal pendidikan, tapi juga bagian dari menjaga fondasi sosial kota ini agar tetap kuat dan inklusif," jelasnya.
Baca Juga: Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Apresiasi Kinerja 100 Hari Pramono-Rano dengan Catatan
Ia juga menyoroti persoalan teknis pelaksanaan program yang belum merata hingga ke tingkat RT, RW, dan kelurahan.
"Banyak warga belum tahu cara mengakses program-program ini. Bahkan aparat di lapangan pun belum semua dibekali juknis. Ini titik lemah yang harus diperbaiki jika kita ingin keberpihakan itu benar-benar terasa," katanya.
Fuadi menegaskan bahwa Fraksi PKB akan terus bersikap objektif dan konstruktif. Ia menyatakan dukungan terhadap kebijakan yang pro-rakyat, namun juga akan terus mengawal agar program tidak berhenti di seremoni.
"100 hari ini patut diapresiasi. Tapi kerja besar Jakarta masih panjang. Kami ingin memastikan bahwa dalam kerja ke depan, tidak ada kelompok yang tertinggal terutama mereka yang mengabdi di pesantren, di ruang-ruang pendidikan keagamaan dan di komunitas akar rumput yang selama ini ikut menjaga Jakarta dengan caranya sendiri," ujar Fuadi. (CR-4)