Kasus ini cepat menyebar ke berbagai kanal media, baik media konvensional maupun digital. Banyak mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum menuntut proses hukum yang adil dan transparan terhadap Christiano Tarigan, sang pengemudi BMW. Ada kekhawatiran bahwa latar belakang dan pengaruh sosial sang pelaku dapat menghambat proses keadilan.
Tagar seperti #KeadilanUntukArgo dan #UsutTuntasBMW mulai mendominasi linimasa X (dulu Twitter) dan Instagram. Gelombang solidaritas dari kampus-kampus di Indonesia pun muncul dengan melakukan aksi damai dan pembacaan doa bersama untuk Argo.
Seruan untuk Penegakan Hukum yang Adil
Kejadian ini memantik perdebatan publik tentang ketimpangan perlakuan hukum bagi pelaku kecelakaan lalu lintas yang berasal dari kalangan berpengaruh. Banyak yang menilai bahwa hukum di Indonesia masih memihak pada yang kuat, terutama dalam kasus tabrak lari atau kecelakaan fatal yang melibatkan mobil mewah.
Komnas HAM, LBH Jakarta, hingga Pusat Studi Hukum UGM juga ikut memberikan perhatian atas kasus ini, meminta agar proses penyidikan dilakukan secara transparan dan tuntas.
"Kita harus mengawal kasus ini agar tidak ada lagi korban yang kehilangan nyawa akibat kelalaian dan tidak ada impunitas bagi pelaku, siapa pun dia," tegas salah satu perwakilan LBH.
Baca Juga: DC Pinjol Sering Telet? Ini yang Harus Dilakukan Nasabah Galbay Utang Pinjolnya!
Kehilangan yang Tak Tergantikan
Ibu Argo, dalam berbagai kesempatan, menyampaikan bahwa kehilangan seorang anak jauh lebih berat dibanding kehilangan suami atau kerabat lainnya. Baginya, Argo adalah darah daging yang selama ini menjadi alasan bertahan hidup.
"Memang iya sabar, tapi yang ini jauh lebih berat, Pak, karena darah daging, Pak. Beda dengan suami, dia kan hanya orang lain dengan ikatan perkawinan," katanya dalam video yang membuat banyak warganet meneteskan air mata.
Reaksi publik semakin menguat setelah video tersebut tersebar luas. Masyarakat secara kolektif menuntut tidak hanya keadilan hukum, tetapi juga empati dari aparat dan pengemudi yang terlibat.