POSKOTA.CO.ID - Penyanyi dangdut Indonesia, Kristina, tengah diliputi duka mendalam. Ayahandanya, Bowo Sukisno, menghembuskan napas terakhir pada Minggu pagi, 25 Mei 2025, di usia 85 tahun.
Kepergian sosok ayah menjadi kehilangan besar dalam hidup sang artis, yang selama ini dikenal memiliki hubungan erat dan penuh kasih dengan orang tuanya.
Riwayat Kesehatan Ayah Kristina
Kristina mengungkapkan bahwa selama hidupnya, sang ayah tergolong pribadi yang jarang mengeluh. Meski demikian, Bowo Sukisno memiliki riwayat penyakit prostat yang sebelumnya telah memerlukan tindakan medis berupa operasi.
Baca Juga: Benarkah Foto dan Video Pribadi di Galeri Handphone Bisa Diakses Pinjol Ilegal untuk Disalahgunakan?
Namun, setelah itu, kondisi beliau dinyatakan stabil dan masih dapat beraktivitas, meskipun dengan bantuan alat bantu jalan.
"Papa itu orangnya kuat, enggak pernah ngeluh. Tapi memang sejak tua beliau sering kehilangan keseimbangan. Sering jatuh dan harus pakai walker ke mana-mana," ujar Kristina dalam wawancara dengan kanal YouTube Intens Investigasi.
Kejatuhan Terakhir dan Perawatan Intensif
Tragedi dimulai ketika sang ayah mengalami jatuh yang cukup parah di rumah. Kejadian itu membuat seluruh keluarga panik. Akibat benturan tersebut, Bowo Sukisno segera dilarikan ke Rumah Sakit Koja untuk mendapat perawatan awal.
Namun, karena kondisi yang terus memburuk, beliau kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, dan dirawat intensif di ruang ICU.
"Jatuhnya kali ini luar biasa. Kita semua kaget. Saat itu juga langsung dibawa ke RS Koja dan akhirnya dipindah ke RSPAD. Papa masuk ICU dan kita terus mendampingi," kenang Kristina.
Di ruang ICU, dokter mendapati adanya cairan yang menumpuk di bagian otak, sehingga tim medis memutuskan untuk melakukan tindakan operasi.
Operasi Otak Berhasil, Tapi Tantangan Belum Usai
Operasi yang dilakukan terhadap sang ayah sempat membawa harapan. Kristina mengisahkan bahwa setelah tindakan tersebut, ayahnya sempat menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Hal ini menjadi momen yang membahagiakan di tengah kekhawatiran keluarga.
"Papa sempat sadar. Itu bikin kita semua senang dan haru. Tapi ternyata itu bukan akhir dari perjuangan," ungkapnya.
Sayangnya, harapan itu tak berlangsung lama. Setelah operasi otak, muncul masalah lain yang menyerang paru-paru Bowo Sukisno. Paru-parunya dipenuhi lendir dan dahak (sputum) yang harus segera disedot melalui prosedur medis lanjutan.
Kondisi Kian Menurun dan Detik-detik Terakhir
Setelah prosedur pembersihan paru dilakukan, bukannya membaik, kondisi sang ayah justru kian memburuk. Tidak hanya sistem pernapasan, namun tekanan darah, detak jantung, dan kadar gula darah ikut menurun secara drastis.
"Tiba-tiba semua vital sign-nya turun. Gula darah, tekanan darah, detak jantung… kita tahu ini saat-saat kritis," kata Kristina lirih.
Kristina yang berada di rumah pun merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Ia mengaku memiliki firasat kuat akan sesuatu yang buruk.
"Aku enggak bisa tidur malam itu. Hati rasanya berat banget. Ternyata benar, pagi-pagi ditelepon, katanya detak jantung papa sudah kena," ujarnya dengan suara tertahan.
Kristina pun segera bergegas ke rumah sakit, namun takdir berkata lain. Sang ayah mengembuskan napas terakhir pukul 07.55 WIB di ruang ICU RSPAD Gatot Subroto, dalam pelukan putrinya.
Pemakaman dan Doa Terakhir
Setelah dinyatakan wafat, jenazah almarhum Bowo Sukisno dibawa ke rumah duka. Di sana, keluarga dan kerabat melakukan prosesi penyucian jenazah serta salat jenazah yang dilaksanakan selepas salat Zuhur.
Usai salat Asar, jenazah kemudian diberangkatkan menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kopi, Jakarta Timur. Prosesi pemakaman berjalan khidmat dan dihadiri oleh keluarga besar serta sejumlah sahabat dekat dari Kristina.
Baca Juga: Benarkah Foto dan Video Pribadi di Galeri Handphone Bisa Diakses Pinjol Ilegal untuk Disalahgunakan?
Duka yang Dalam dan Kenangan Abadi
Bagi Kristina, kepergian sang ayah meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan. Dalam banyak kesempatan, ia selalu menyebut bahwa ayahnya adalah panutan utama dalam hidup dan kariernya.
"Papa orang yang sangat disiplin, tapi penuh kasih. Dari beliau aku belajar untuk terus rendah hati dan kerja keras," ungkap Kristina dalam salah satu unggahan media sosialnya.
Meski berat, Kristina berupaya mengikhlaskan kepergian orang yang telah membesarkannya itu. Ia juga meminta doa dari seluruh penggemar agar sang ayah mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kisah kepergian Bowo Sukisno menjadi pengingat akan pentingnya menghargai waktu bersama orang tua. Momen-momen kecil seperti menemani di rumah, menyiapkan obat, hingga mengantar ke rumah sakit bisa menjadi kenangan yang paling membekas saat perpisahan abadi datang.
Bagi Kristina, duka ini adalah ujian berat yang harus dijalani dengan ketegaran. Namun, ia tetap bersyukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan untuk dapat mendampingi sang ayah hingga hembusan napas terakhir.
Semoga almarhum Bowo Sukisno mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan Kristina beserta keluarga diberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ke depan.