Lard atau lemak babi telah lama digunakan dalam dunia kuliner, terutama di dapur Eropa, Amerika Latin, dan beberapa wilayah Asia Timur.
Dalam praktik masak-memasak, lard dikenal sebagai bahan yang mampu memberikan keunggulan dalam:
1. Cita Rasa Umami yang Kuat
Lard mengandung asam glutamat yang tinggi, senyawa yang bertanggung jawab atas rasa umami atau gurih alami. Hal ini menjadikan makanan yang dimasak dengan lard terasa lebih kaya, mendalam, dan memuaskan.
2. Tekstur Renyah dan Flaky
Dalam pembuatan pastry atau gorengan, lard mampu menghasilkan lapisan-lapisan tipis yang membuat hasil akhirnya menjadi flaky di luar dan lembut di dalam. Titik lelehnya yang tinggi memungkinkan adonan memisah dengan sempurna saat dipanggang.
3. Aroma Netral
Berbeda dengan minyak nabati yang terkadang meninggalkan aroma menyengat, lard memiliki aroma netral atau sedikit beraroma daging. Hal ini menjadikannya pilihan ideal untuk masakan yang membutuhkan rasa bersih tanpa aroma tambahan.
4. Daya Tahan Tinggi
Produk yang dimasak dengan lard, terutama yang telah dihidrogenasi, cenderung lebih tahan lama di suhu ruangan. Ini membuatnya banyak digunakan dalam industri makanan olahan tradisional.
Perbedaan Rasa Tak Selalu Tanda Penggunaan Lard
Meskipun makanan yang digoreng dengan lard sering kali terasa lebih gurih dan teksturnya lebih unggul, hal ini tidak bisa dijadikan patokan mutlak. Banyak bahan lain seperti kaldu ayam, minyak kelapa sawit berkualitas tinggi, hingga bumbu penyedap alami yang mampu memberikan hasil serupa.
Itulah mengapa menilai kehalalan sebuah makanan tidak bisa hanya didasarkan pada rasa dan tampilan. Cara paling akurat adalah dengan:
- Bertanya langsung pada pihak pengelola rumah makan
- Melihat sertifikasi halal dari otoritas resmi seperti MUI
- Memeriksa label kandungan bahan jika tersedia
Baca Juga: Tata Cara Penagihan Pinjaman Online yang Benar, Kenali Hak Anda dan Hindari Ancaman
Pentingnya Transparansi Bagi Konsumen Muslim
Bagi umat Muslim, konsumsi makanan halal bukan hanya persoalan kesehatan, melainkan prinsip religius yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, pelaku usaha makanan memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk menyediakan informasi yang jelas dan jujur mengenai bahan makanan yang digunakan.
Langkah Ayam Goreng Widuran dalam memberikan klarifikasi dan mencantumkan status non-halal adalah bentuk transparansi yang patut diapresiasi. Tindakan ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam bisnis kuliner yang multikultural seperti di Indonesia.
Menimbang Nilai Historis vs Preferensi Konsumen
Sebagai rumah makan yang telah berdiri sejak 1973, Ayam Goreng Widuran memiliki nilai historis yang tinggi dalam lanskap kuliner Solo. Namun, di era digital dan keterbukaan informasi saat ini, nilai sejarah tidak bisa dijadikan justifikasi untuk menutupi informasi penting seperti status kehalalan.