Maraknya Gelombang PHK Massal, Okky Madasari: Buah dari Kebijakan Salah Kaprah Pemerintahan 10 Tahun Lalu

Senin 12 Mei 2025, 11:45 WIB
Pencari kerja melihat lowongan pekerjaan di salah satu stan perusahaan di GOR Kemayoran, Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Pencari kerja melihat lowongan pekerjaan di salah satu stan perusahaan di GOR Kemayoran, Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

POSKOTA.CO.ID – Sastrawan sekaligus sosiolog Indonesia, Okky Madasari, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi ekonomi nasional yang dinilai kian memburuk.

Dalam wawancara dengan pengacara dan aktivis Abraham Samad melalui kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP, Okky menilai bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang telah menyentuh hampir 90 ribu orang adalah indikasi krisis yang bersifat sistemik dan kronis.

"PHK itu kan sebuah situasi di mana penderitaan itu betul-betul dirasakan orang, mengalami orang tiba-tiba kehilangan pekerjaan," ujar Okky, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP pada Senin, 12 Mei 2025.

Ia menambahkan bahwa kini PHK telah menjalar ke sektor media massa, yang selama ini relatif tahan terhadap gelombang pemutusan kerja, menunjukkan kedalaman krisis ekonomi yang tengah dihadapi.

Baca Juga: PHK Massal Memburuk, Jumlah Pengangguran RI Tembus 7,28 Juta per Februari 2025

Dalam percakapan tersebut, Abraham Samad mempertanyakan minimnya empati pemerintah di tengah kondisi rakyat yang makin sulit memenuhi kebutuhan dasar.

Ia menyoroti gaya hidup mewah para pejabat yang dinilai tidak mencerminkan solidaritas terhadap rakyat.

“Belum lagi gaya hidup para birokrat kita yang sedikit pun tidak mencerminkan rasa keprihatinan, toleransi terhadap banyak rakyat yang belum bisa makan,” ucap Abraham.

Menanggapi hal tersebut, Okky membacakan puisinya yang viral di media sosial sebagai bentuk keprihatinan dan suara hati rakyat.

Baca Juga: Rieke Desak DPR Bentuk Satgas Perlindungan Pekerja, Soroti TPPO dan PHK

Telingaku mendengar 19 juta lapangan kerja, tapi mataku melihat PHK di mana-mana/ Telingaku mendengar jutaan makan bergizi, tapi mataku melihat mereka yang kehilangan daya beli/ Telingaku mendengar pidato berapi-api, tapi mataku melihat jeritan rakyat tiada henti,”

Menurut Okky, puisi tersebut viral karena mewakili perasaan banyak orang yang merasakan langsung dampak kebijakan pemerintah.

Ia menilai bahwa penderitaan ekonomi masyarakat saat ini bukan semata akibat faktor global, melainkan buah dari kesalahan kebijakan selama satu dekade terakhir.

"Segala PHK ini tidak terjadi begitu saja, tidak terjadi tiba-tiba. Ini adalah buah dari kebijakan yang salah kaprah sejak 10 tahun pemerintahan yang lalu, lalu kemudian dilanjutkan dengan 6 bulan pemerintahan hampir Prabowo ini," tegasnya.

BACA JUGA:

Okky mengkritik pendekatan ekonomi yang ia sebut sebagai “populisme ekstraktif”, kebijakan yang tampak pro-rakyat namun tidak menyentuh akar permasalahan dan hanya bersifat jangka pendek.

"Contohnya apa tuh? Makan bergizi gratis tentu saja itu jangka pendek, ya jangka pendek, jadi tidak substansial," ujarnya.

Ia menutup dengan penegasan bahwa saat ini bukan hanya soal debat elite atau politik tingkat tinggi, melainkan realitas dapur rakyat yang mulai terganggu.

“Kita menunjukkan kita sedang melihat bagaimana akibat kebijakan itu langsung mengenai periuk nasi masing-masing orang. Dapur orang sudah mulai terganggu,”

Berita Terkait

News Update