POSKOTA.CO.ID – Di era digital saat ini, semakin banyak masyarakat yang mulai meninggalkan uang tunai dan beralih ke transaksi non-tunai.
Hal ini didukung oleh maraknya merchant yang menerima pembayaran digital, baik melalui transfer antarbank tanpa biaya admin, pemindaian QRIS, maupun kartu debit dan kredit.
Transaksi cashless dianggap lebih praktis dan aman, mengingat uang tunai kini rentan menjadi sasaran peminjaman tak diinginkan hingga kejahatan.
Baca Juga: Hoaks, OJK Pastikan Program Pemutihan Utang Pinjol Tidak Benar
Namun, kenyamanan ini harus diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang bijak. Permasalahan ekonomi sering kali muncul bukan karena kurangnya penghasilan, melainkan karena pengeluaran yang melebihi pendapatan.
Seperti pepatah, "besar pasak daripada tiang", banyak orang tergoda oleh gaya hidup konsumtif tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial.
Dikutip dari YouTube Andre Tuwan pada Selasa, 6 Mei 2025, salah satu contoh sederhana adalah pengeluaran untuk makan.
Saat hari kerja, seseorang bisa saja cukup mengeluarkan Rp20.000 untuk makan di warung sederhana.
Namun saat akhir pekan, demi mengikuti tren atau mencoba restoran viral, pengeluaran bisa melonjak hingga Rp200.000 untuk satu kali makan, jumlah yang setara dengan anggaran makan tiga hari.
Manajemen Keuangan Penting untuk Hindari Utang Konsumtif
Baca Juga: 3 Poin yang Mesti Diperhatikan agar Tak Kena Tipu Pinjol Ilegal
Kebutuhan dan keinginan sering kali bercampur dalam pengambilan keputusan finansial. Karena itu, penting untuk melakukan financial check-up secara rutin.
Salah satu caranya adalah dengan mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran agar bisa dikontrol dengan baik.
Kesalahan banyak orang adalah mengambil pinjaman untuk memenuhi keinginan konsumtif, bukan kebutuhan pokok.
Sayangnya, maraknya pinjaman online (pinjol) ilegal menjerat banyak masyarakat, bahkan dari kalangan yang seharusnya memahami pengelolaan uang dengan baik. Data menunjukkan bahwa guru dan ibu rumah tangga adalah kelompok yang paling banyak menjadi korban pinjol ilegal.
Beberapa guru bahkan menggunakan pinjaman tersebut untuk membeli perlengkapan mengajar seperti laptop. Tak sedikit dari mereka akhirnya terjerat utang hingga puluhan juta rupiah.
Kisah Nyata Korban Pinjol
Sebut saja SM, seorang perempuan berusia 26 tahun yang awalnya meminjam Rp2 juta dari pinjol ilegal untuk menutup utang. Karena prosesnya lancar, ia tergoda meminjam lagi Rp20 juta, kali ini demi gaya hidup.
Akibatnya, ia harus membayar cicilan pokok sebesar Rp6 juta dan bunga sebesar Rp2,4 juta per bulan, jumlah yang jauh melampaui pendapatannya yang setara UMR Jakarta.
Lain lagi dengan WS, ibu rumah tangga berusia 42 tahun yang meminjam pinjol untuk membayar arisan.
Karena bunga yang dikenakan mencapai 4 persen per hari atau 120 persen per bulan, WS terpaksa menjual perhiasan emasnya untuk melunasi utang.
Kedua kasus tersebut menunjukkan bahwa tidak semua pengguna pinjol adalah orang yang benar-benar membutuhkan dana darurat.
Banyak di antaranya tergoda oleh gaya hidup atau tekanan sosial, sehingga berani mengambil risiko utang besar tanpa perhitungan.
Gunakan Pinjaman untuk Produktivitas
Perlu disadari bahwa kartu kredit dan pinjaman online sebenarnya dapat menjadi alat finansial yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak.
Misalnya, kartu kredit bisa digunakan untuk transaksi bisnis, mendapatkan reward poin, bahkan tiket pesawat gratis jika dimanfaatkan dengan tepat.
Salah satu pengguna bahkan berhasil mendapatkan tiket Singapore Airlines gratis dari Jakarta ke Singapura berkat strategi penggunaan kartu kredit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah merilis daftar 101 pinjaman online legal yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
Pinjol legal ini biasanya memberikan persyaratan yang lebih mudah dibanding bank konvensional, cukup dengan KTP sudah bisa mendapatkan pinjaman hingga puluhan juta rupiah.
Daftar terbaru pinjol legal dapat diakses langsung melalui situs resmi OJK.
Laporkan Pinjol Ilegal dan Tingkatkan Literasi Finansial
Masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan pinjol ilegal.
Jika menemukan layanan mencurigakan, masyarakat bisa melaporkannya ke OJK melalui nomor WhatsApp 081157157157, layanan telepon 157, atau email ke [email protected] dan [email protected].
Langkah paling dasar dalam mengelola keuangan adalah dengan meningkatkan literasi finansial. Mulailah hidup sesuai dengan pendapatan, beli barang sesuai fungsi, dan hindari gengsi.
Salah satu contoh inspiratif adalah penggunaan smartphone yang tidak selalu harus keluaran terbaru.
Bahkan, dengan perencanaan yang baik, seseorang bisa memiliki properti, kendaraan pribadi, dan memenuhi kebutuhan lainnya tanpa terjerat utang konsumtif.
Hidup Sederhana Bukan Berarti Kekurangan
Harga barang memang bervariasi, dari yang ekonomis hingga yang premium. Jika belum mampu membeli barang mahal, bukan berarti barang tersebut salah atau terlalu mahal.
Bisa jadi, produk tersebut memang ditujukan untuk segmen pasar premium. Bijaklah dalam menentukan kebutuhan dan kemampuan finansial.
Terakhir, selalu ingat bahwa pinjaman adalah utang yang wajib dibayar, bukan donasi. Maka dari itu, sebelum mengambil pinjaman, pastikan memiliki strategi pembayaran yang jelas dan realistis.