- Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dorongan.
Semboyan ini mencerminkan filosofi kepemimpinan dan metode pembelajaran yang menempatkan pendidik sebagai panutan sekaligus pendorong semangat bagi peserta didik.
3. Teori Pendidikan “Nasi Goreng”
Dalam Kompas edisi 16 Agustus 1985, disebutkan bahwa Ki Hajar Dewantara mengembangkan sebuah konsep pendidikan yang disebut sebagai "teori nasi goreng".
Dalam analogi ini, pendidikan diibaratkan seperti nasi goreng, di mana nasi adalah bahan dasar yang mencerminkan jati diri bangsa, sedangkan bahan tambahan seperti mentega atau sosis adalah ilmu dari luar negeri yang memperkaya tanpa menghilangkan identitas bangsa.
Konsep ini menekankan pentingnya pendidikan yang berakar pada budaya nasional namun tetap terbuka terhadap pengetahuan global.
4. Wasiat yang Menolak Penggunaan Namanya sebagai Nama Jalan
Menariknya, Ki Hajar Dewantara pernah menulis surat wasiat kepada keluarganya yang menyatakan bahwa ia tidak menginginkan namanya dijadikan nama jalan, gedung, atau taman.
Surat itu ditulis sebelum beliau wafat pada 26 April 1959. Kompas edisi 23 April 1985 mencatat bahwa pihak keluarga dan Majelis Luhur Taman Siswa telah menginformasikan wasiat ini kepada berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan kementerian.
Hal ini menunjukkan kerendahan hati beliau, meski pada akhirnya banyak tempat tetap menggunakan namanya sebagai bentuk penghormatan.
5. Menteri Pendidikan Pertama Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dalam kabinet pertama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Perjuangannya dalam dunia pendidikan membuat beliau dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional, dan hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional, kita diajak untuk
mengenang jasa para tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara dan menumbuhkan semangat untuk terus memajukan dunia pendidikan di Indonesia.