POSKOTA.CO.ID - Vdeo terbaru monolog dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menuai kontroversi. Video bertajuk "Generasi Muda, Bonus Demografi, dan Masa Depan Indonesia" dituding netizen meniru gaya penyajian konten kreator ternama sekaligus CEO Malaka Project, Ferry Irwandi.
Tuduhan ini muncul karena kemiripan mencolok dalam hal visual, gaya penyampaian, hingga konsep thumbnail. Perseteruan ini dengan cepat berkembang menjadi perbandingan konten yang lebih substansial.
Netizen tidak hanya membandingkan kemiripan teknis, tetapi juga kedalaman materi yang disajikan. Yang awalnya dianggap sebagai kasus plagiarisme gaya, berubah menjadi ajang pembuktian kualitas konten antara seorang pejabat publik dan kreator profesional.
Hasilnya pun mengejutkan banyak pihak. Alih-alih sekadar mempertanyakan orisinalitas, polemik ini justru mengungkap perbedaan mencolok dalam hal bobot materi.
Baca Juga: Viral Perbandingan Video Ferry Irwandi dan Gibran soal Bonus Demografi, Siapa yang Lebih Visioner?
Konten Ferry Irwandi yang penuh data dan analisis mendalam berhasil menggeser fokus pembicaraan dari sekadar isu penjiplakan menjadi diskusi tentang esensi konten edukasi yang berkualitas.
Gibran Dituding "Copy Paste" Gaya Ferry Irwandi
Video Gibran berjudul "Generasi Muda, Bonus Demografi, dan Masa Depan Indonesia" menuai kritik bukan karena substansinya, melainkan karena kemiripan mencolok dengan gaya penyajian Ferry Irwandi. Mulai dari tone visual, format thumbnail, hingga kalimat motivasional, netizen menyebutnya "deja vu".
"Style bisa dicopy, isi kepala sendiri-sendiri," ujar netizen di kolom komentar YouTube Ferry Irwandi.
Dengan durasi hanya enam menit, konten Gibran dinilai terlalu ringkas dan minim kedalaman. Banyak penonton kecewa karena topik besar seperti bonus demografi hanya disajikan secara permukaan. Alih-alih mendapat pujian, Gibran justru dibanjiri komentar hujatan.
Ferry Balas dengan Konten Tandingan: Sama Judul, Beda Kualitas
Tak butuh waktu lama bagi Ferry Irwandi untuk merespons. Ia merilis video dengan judul serupa, namun berdurasi 16 menit, penuh data, dan analisis mendalam. Yang mengejutkan, Ferry sengaja membuatnya tanpa prompter, editing berlebihan, atau potongan gambar, hanya one-take murni.
"Kita nggak usah pakai prompter, nggak pakai editan teks everywhere, dan nggak pakai soundtrack. Bikin simpel aja, no prompter, one-shoot take," ujar Ferry dalam videonya.
Respons terhadap video Ferry jauh lebih positif. Banyak yang mengaku baru benar-benar paham bonus demografi setelah menonton kontennya.
"Ketimbang membahas editing video Wapres yang mirip Ferry, Bang Ferry justru men-challenge pemahaman Wapres tentang tema yang dibahas sendiri. Tanpa editing babibu, omongan Ferry jauh lebih berisi," komentar seorang netizen.
"Kebiasaan Bang Ferry Sebelum Bikin Video Pasti Sudah Melalui Baca Dan Riset, Jadi Wajib Didukung. Karena Misi Beliau Adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa..." ujar salah satu netizen.
Baca Juga: Warganet Kompak Dislike dan Lontarkan Kritik Pedas dalam Video Monolog Wapres Gibran Rakabuming Raka
Sindiran Halus Ferry: "Sekarang Coba yang Ini"
Meski tak secara langsung menyerang, Ferry menyindir Gibran lewat kolom komentar dengan kalimat: "Sekarang coba yang ini." Tagline "Giliran Kita!" yang muncul di thumbnail kedua video malah jadi bahan sindiran netizen.
"Giliran Ferry, baru kerasa dapet ilmunya," tulis seorang warganet.
"Fun fact: berpura-pura jadi orang bodoh itu gampang, tapi kalo berpura-pura pinter itu hampir mustahil. Karena pasti ada orang yang pinter beneran akan meng-counter narasi orang yang berpura-pura pintar tersebut." ujar salah satu netizen.
Dislike Gibran Melonjak
Fakta lain yang terungkap adalah rasio dislike video Gibran yang mencapai 84 ribu, sementara likes hanya sekitar 7 ribu. Sebaliknya, video Ferry, yang baru diunggah 21 April 2025, sudah meraih 50 ribu likes.
Perseteruan ini bukan sekadar soal siapa meniru siapa, melainkan uji substansi antara konten berbasis data dan sekadar mengandalkan popularitas. Ferry Irwandi membuktikan bahwa konten edukasi tak butuh kemewahan produksi, yang penting adalah kedalaman materi.