Deflasi Melanda Jawa Barat, Apa Artinya untuk Ekonomi dan Petani?

Senin 03 Mar 2025, 21:37 WIB
Ilustrasi - Aktivitas pedagang saat menunggu dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis 3 Oktober 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Ilustrasi - Aktivitas pedagang saat menunggu dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis 3 Oktober 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

"Komoditas yang memberikan deflasi tertinggi pada Februari 2025 di Jawa Barat adalah tarif listrik sebesar -0,68 persen, diikuti oleh cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,04 persen," ujar Darwis dalam siaran pers, Senin, 3 Maret 2025.

Di sisi lain, komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah emas perhiasan sebesar +0,06 persen dan bensin sebesar +0,03 persen.

Nilai Tukar Petani

BPS juga merilis Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Pada Februari 2025, NTP tercatat sebesar 113,53, menurun 0,56 persen dibandingkan Januari 2025.

Sementara itu, NTUP pada bulan yang sama tercatat sebesar 115,40, mengalami penurunan sebesar 1,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan juga terjadi pada ekspor dan impor Jawa Barat pada Januari 2025. Ekspor Jabar pada bulan tersebut mencapai 3,02 miliar USD, turun sebesar 3,93 persen dibandingkan Desember 2024.

Baca Juga: Pj Gubernur Banten Al Muktabar: Kita Harus Terus Intens Mengendalikan Inflasi

Impor tercatat sebanyak 1,08 miliar USD, juga menurun sebesar 7,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Meskipun demikian, neraca perdagangan Jawa Barat masih mencatat surplus sebesar 1,94 miliar USD pada Januari 2025.

Berita Terkait

News Update