Dulu, ada judul novel yang kemudian difilmkan. Buku tersebut laris manis, setidaknya banyak dibaca kawula muda. Filmnya juga banyak ditonton, judulnya”Badai Pasti Berlalu”. Tak ubahnya novel “Cintaku di Kampus Biru”. Era itu, kedua novel tersebut memang booming.
Di era tahun politik ini, sering pula muncul istilah badai politik. Mundurnya Wakil Bupati Indramayu, Lucky Hakim, ada yang menyebutnya badai politik. Bahkan, Lucky sendiri berharap agar apa yang disebut badai politik ini segera berlalu,
“Ya, kita berdoa sudah tidak ada badai lagi. Semuanya sudah berlalu. Yang langgeng adalah persahabatan keduanya,” ujar Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya mas Bro dan Yudi.
“Dari yang diberitakan, Bupati Indramayu, Nina Agustina juga sudah saling kirim salam dengan Lucky Hakim lewat akun Instagram pribadinya. Keduanya saling support, tetap berharap menjadi sahabat terbaik, juga saling mendoakan,” kata mas Bro.
“Wah keren nih. Ini patut menjadi contoh bagi politikus. Perpisahan bukan berarti putus hubungan, apalagi permusuhan,” ujar Heri.
“Yang ini bukan kawan menjadi lawan, tetapi kawan tetaplah kawan sampai kapan pun,”urai Yudi.
“Jadi kalau pun nanti akan berkompetisi lagi misalnya di pilkada, tetap sebagai kawan, meski beda jalur,” kata Heri.
“Ya mestinya begitu. Beda aspirasi, beda pilihan dan beda dukungan adalah hal yang wajar. Tetapi tidak kemudian memutus tali silaturahmi. Kalau ketemu, lantas memalingkan muka seperti temanmu itu,” kata mas Bro.
“Jangan terlalu dini menafsirkan. Memalingkan muka bukan nggak mau menatap, tetapi ada orang lain yang memanggilnya sehingga perlu ditatap,” jelas Heri.
“Apalagi yang bening – bening ya?” sela Yudi. (jokles)