Jerman Mengaku Sangat Rentan Menghadapi Sanksi Rusia

Rabu 16 Mar 2022, 22:00 WIB
Blok Barat vs Rusia. (Ilustrasi)

Blok Barat vs Rusia. (Ilustrasi)

POSKOTA.CO.ID - Embargo minyak dan gas Rusia dapat lebih merugikan rakyat Jerman sehingga menyebabkan pengangguran dan kemiskinan yang meluas.

Pernyataan ini datang dari Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Robert Habeck pada Senin (14/3/2022).

Dia memprediksi jika negaranya berhenti menggunakan minyak dan gas Rusia maka pengangguran dan kemiskinan akan menyebar. Orang-orang yang tidak dapat memanaskan rumah mereka dan orang-orang yang tidak memiliki bensin untuk mengisi bahan bakar mobil mereka. Demikian dikutip dari Pars Today.

Pejabat senior Jerman mengakui kerentanan ekstrim ekonomi terbesar Eropa terhadap sanksi Rusia. Karena mengingat fakta seputar ketergantungan besar Jerman pada energi Rusia.

Jerman adalah pelanggan utama minyak Rusia dan 30 persen dari kebutuhan minyaknya dipasok negara ini. Rusia juga memasok setidaknya 49 persen gas Jerman.

Blok Barat yang dipimpin AS telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan komprehensif terhadap ekonomi Rusia sejak dimulainya perang Ukraina. Termasuk sanksi ekonomi, perdagangan, moneter, perbankan, larangan ekspor, dan impor.

Namun tidak ada konsensus di antara negara-negara Barat tentang sanksi terkait perubahan, transfer, dan penyimpanan energi.

Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan bahwa negaranya akan melarang impor minyak, gas, dan energi dari Rusia.

Rusia adalah produsen dan pengekspor utama minyak dan gas alam serta produk turunannya.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland menanggapi embargo AS terhadap minyak Rusia.

"Kami berusaha untuk mengurangi Vladimir Putin menggunakan minyak Rusia agar dia terpaksa menghentikan perang," katanya pada Kamis lalu.

Eropa tidak menanggapi secara positif permintaan Washington untuk bergabung dengan Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borrell mengatakan Eropa dalam hal ini tidak mengikuti jejak Washington.

Hal ini mengingat bahwa Rusia memasok lebih dari 40 persen gas Eropa dan sekitar 30 persen minyak. Jika Brussel ingin menjatuhkan sanksi kepada Moskow yang mencegah Rusia mendapatkan akses uang dari ekspor gas dan minyak maka Moskow juga akan menolak untuk memasok energi ini ke Eropa.

Gas Rusia secara khusus penting untuk pemanas rumah, bahan bakar pembangkit listrik, dan konsumsi industri Eropa. Karenanya negara-negara penting Uni Eropa tidak akan memberlakukan sanksi Rusia pada bidang vital dan strategis ini.

Pada saat yang sama, selama Rusia dapat menerima uang untuk menjual minyak dan gasnya maka tidak ada alasan bagi Rusia untuk menjatuhkan sanksi kepada Eropa di bidang minyak dan gas. Karena ini akan menghilangkan aksesnya ke mata uang asing yang sekarang sangat dibutuhkannya.

Sanksi baru Barat anti Rusia secara umum adalah pedang bermata dua yang akan memiliki konsekuensi serius bagi sektor ekonomi dan energi negara-negara ini. Terutama Eropa dan Amerika Serikat.

Tampaknya dengan embargo AS terhadap minyak Rusia, harga bensin di AS telah mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sanksi telah disalahkan untuk kenaikan harga bensin di Amerika Serikat pada hari Senin (14/3/2022). Satu galon bensin dijual di Amerika Serikat seharga $ 4,32.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun Uni Eropa menolak untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia untuk minyak dan gas tetapi Uni Eropa bersama dengan Amerika Serikat dan negara-negara blok Barat lainnya mengadopsi kebijakan sanksi maksimum dan komprehensif terhadap Rusia.

Negara-negara anggota Uni Eropa menyetujui paket sanksi keempat terhadap Moskow pada pertemuan pada hari Senin yang menargetkan beberapa individu dan lembaga Rusia. Tindakan pembatasan Uni Eropa secara total sekarang diberlakukan terhadap 862 individu dan 53 lembaga Rusia.

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dalam pernyataannya menyebutkan bahwa Uni Eropa akan bekerja dengan negara-negara G7 untuk meningkatkan tekanan pada Moskow. ***

Berita Terkait

News Update