"Kemudian Sultan memfasilitasi ki Cengkuk dengan memberikan Godam Denok, alat untuk membuat golok," ujarnya.
Setelah diberikan Godam Denok, lanjut ki Duhari, buyutnya itu kemudian memproduksi golok-olok lainnya yang sekarang dikenal dengan sebutan golok Ciomas.
Bakat membuat golok itu juga kemudian diwariskan kepada generasi penerusnya.
"Sampai sekarang Godam Denok masih digunakan untuk pembuatan dan pengulasan golok Ciomas," terangnya.
Namun karena usianya yang sudah seabad lebih, Godam Denok pemberian Sultan itu sudah jarang digunakan, hanya sewaktu-waktu saja.
"Sekarang lebih sering menggunakan ulas dan godam," ucapnya.
Dijelaskan ki Duhari, pada Godam Denok sendiri terdapat beberapa unsur yang tidak bisa dipublikasikan, karena sifatnya dirahasiakan oleh ki Cengkuk dan an sampai sekarang dirinya pun tidak berani mengulik hal itu.
"Pokoknya diantara 1-3 kg aja. Kalau persisnya saya ga bisa memberitahu," pungkasnya.
Saat ini, golok si Rebo masih disimpan rapih demi untuk keselamatan dan menjaga ketentraman masyarakat.
Si Rebo baru akan dikeluarkan oleh ki Duhari ketika akan terjadi sebuah keributan besar di lingkungannya.
"Biasanya kalau mau ada keributan, saya keluarin. Itu pasti tidak jadi, karena mereka keburu bubar ketakutan melihat si Rebo," jelasnya.
Selain untuk hal itu, golok si Rebo juga harus dikeluarkan setiap tanggal 12 Rabiul Awal atau bertepatan pada tanggal Maulid Nabi.